oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far
Muqoddimah
الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه ، كما يحب ربنا و يرضى، و أشهد أن لا إله إلا الله و أن محمدا عبده ورسوله.
قال الله تعالى : يأيهآ الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته، و لا تموتون إلا و أنتم مسلمون.
وإن أصدق الحديث كتاب الله تعالى، و خير الهدي هدي النبي صلى الله عليه وسلم ، و شر الأمور محدثاتها فإن كل محدثات بدعة و كل بدعة ضلالة.
أما بعد ،
Puji Syukur kehadirat Allah Ta'ala atas segala limpahan
Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita bisa tetap berada di atas keimanan dan
Islam sampai saat ini, dan juga masih diberi kesempatan untuk mengkaji Al-Quran
dan Sunnah Nabi Salallahu'alaihissalam sesuai dengan pemahaman para
sahabat Nabi Radhiyallahu'Anhum.
*Tafsir Surat Al-Asrh*
اِعْلَمْ
رَحِمَكَ اللهُ أَنَّهُ يَجِبُ عَلَيْنَا تَعَلُّمُ أَرْبَعِ مَسَائِلَ
Ketahuilah wahai para pembaca اِعْلَمْ :
Kata (اعلم) dalam bahasa arab menunjukkan bahwa seruan setelah kalimat ini
adalah penting.
Contoh
kalimat (اعلم) dalam
Al-Qur’an :
Allah
Ta’ala berfirman :
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“
Ketahuilah bahwasannya tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Ta’ala” (QS. Muhammad : 19 )
Kalimat (لَاإِلَهَ إِلَّا
اللهُ) adalah kalimat yang sangat penting, hanya
dengan kalimat itu disertai keyakinan dengannya, maka seseorang bisa masuk
surga. Nabi salallahu’alaihissalam bersabda :
مَنْ
كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
“
Barangsiapa yang akhir perkataannya (ucapannya) Lailaha illallah maka dia akan
masuk surga” (HR. Abu Dawud.
No. 3116)
Semoga
Allah merahmati para pembaca رَحِمَكَ اللهُ
:
Ini adalah do’a dari penulis untuk para pembaca semua, makna
kalimat (الرَحْمَةُ) juga mengandung do’a
ampunan (المَغْفِرَةُ). Dan hal ini adalah bentuk kecintaan penulis kepada para
pembaca.
Bahwasannya
wajib bagi kita : أَنَّهُ يَجِبُ عَلَيْنَا
Makna Wajib : Apa saja yang diminta oleh pembuat syari’at (Allah)
dengan keharusan untuk dilakukan sesuai petunjuk Nabi salallahu’alaihissalam. Berpahala
bagi orang yang melakukan dan berhak mendapatkan siksa bagi yang meninggalkan
(kewajiban itu).
mempelajari
4 pekara : تعَلُّمُ أَرْبَع مَسَائِلَ
Yaitu
wajib bagi kita semua untuk belajar 4 perkara ini, diantaranya :
1.
Ilmu
Ilmu
adalah sesuatu yang pasti.
Ilmu
yang dimaksud disini yaitu Ilmu Syar’I :
Ilmu
Syar’I ada 2 macam :
-Fardu
‘Ain : Wajib untuk semua orang melakukannya, misal : Shalat Fardhu 5 Waktu.
-Fardu
Kifayah : Wajib untuk sebagian orang, apabila sudah ada yang mewakili maka
yang lain gugur kewajiban, apabila semua orang tidak ada yang melakukan maka
dosa semua di suatu negeri (kampung) tersebut. Misal : Adzan, Mengurus orang
meninggal dll.
Ilmu
Syar’I yang fardhu ‘ain :
a.
Mengenal
Allah
Lantas dengan apa mengenal Allah? Maka jawabnya : Dengan Ayat-ayat
Al-Qur’an dan hadist Nabi serta kenalilah Nama dan Sifat-sifat Allah yang Maha
Agung lagi Mulia.
b.
Mengenal
Nabi Muhammad salallahu ‘alaihissalam
Kenapa harus mengikui Nabi Muhammad? Karena tidak ada keselamatan
kecuali dengan mengikuti beliau salallahu ‘alaihissalam.
Allah
Ta’ala berfiman :
ياأَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَطِيْعُوْا اللهَ وَ أَطِيْعُوْا الرَسُوْل
“Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah
dan Taatilah Rasul (Nabi Muhammad salallahu ‘alaihissalam)…” (QS. An-Nisa’ : 59)
c.
Mengenal
Agama Islam dengan dalil-dalilnya (memperdalamnya)
Agama Islam dibangun diatas dalil (bukti) yang nyata, jadi siapa
saja yang membuat syari’at baru dalam agama yang tak pernah diperintahkan Allah
dan RasulNya, maka ibadah itu akan sia-sia. Nabi salallahu ‘alaihissalam
bersabda :
مَنْ
أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
yang membuat (suatu amalan) di dalam agama ini yang tidak ada tuntunan dari
(agama islam) maka amalan itu tertolak”
(HR. Bukhari No. 2697 dan Muslim No.1718)
مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
yang melakukan amalan yang tidak ada tuntunan dari kami (agama islam) maka
amalan itu tertolak”(HR.Muslim
No.1718)
2.
Amal
Setelah mempunyai ilmu maka amalkan, karena amal adalah buah dari
ilmu. Dan orang yang mempunyai ilmu tapi tidak mengamalkan ilmu maka orang itu
lebih buruk dari orang bodoh. Dan ini merupakan
sifat orang-orang Yahudi Na’udzu billa min dzalik.
3.
Dakwah
Setelah mempunyai ilmu dan berusaha untuk mengamalkannya, maka
kewajiban selanjutnya adalah berdakwah, di muali dari yang terpenting (Tauhid),
kemudian yang penting (Permasalahan Ibadah seperti : Wudhu, Shalat, Puasa)dst.
4.
Sabar
dalam mengamalkan ilmu dan mendakwahkannya
Sudah sunnatullah bagi yang mengemban dakwah yang benar, menyeru
kepada tauhid maka pasti ada yang mencela dan berusaha untuk merusak dakwah
itu. Hal ini telah banyak contohnya, sebagaimana yang dialami Nabi dan para
ulama’. Oleh karenanya kita harus sabar dan terus bersabar.
Diriwayatkan oleh Ibunda Aisyah radiyallahu ‘anha, bahwasannya Waraqah bin Naufal
berkata kepada Nabi salallahu ‘alaihissalam ketika Nabi menceritakan
wahyu yang di dapatkannya : Kalau saja aku masih hidup ketika kamu di keluarkan
dari kampungmu oleh kaummu, maka Nabi berkata: “Apakah mereka akan mengeluarkan
(mengusir) aku?” Waraqah bin Naufal berkata : Ya, Tidaklah seorang pun
membawa seperti apa yang kamu bawa ini (wahyu kebenaran) maka pasti akan di uji
(dicela dll).”(Muttafaq ‘Alaihi).
Makna Sabar adalah menahan diri senantiasa dalam ketaatan kepada Allah,
dan menahan diri agar tidak bermaksiat kepada Allah dan menahan diri atas
takdir buruk yang menimpa kita semua. Dari pengertian diatas maka Sabar di
kelompokkan menjadi 3 :
1.
Sabar
senantiasa taat kepada Allah
2.
Sabar
untuk meninggalkan maksiat
3.
Sabar
dalam menerima takdir buruk yang menimpa kepada kita.
Perlu diketahui bahwa 4 Hal diatas terkandung dalam surat Al-Asrh :
1-3, Allah Ta’ala berfirman :
وَ
العَصرِ ، إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُ
الصَّالِحَاتِ وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَوَاصَوْا بِالْصَبْرِ
“Demi
Masa, Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan beramal shaleh serta orang yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan
kesabaran” (QS. Al-Asrh : 1-3)
Allah Ta’ala telah memberikan peringatan bahwa semua manusia
dalam kerugian dan kebinasaan, kecuali yang melakukan 4 hal :
a.
Iman
kepada Allah
b.
Amal
Shaleh
c.
Dakwah
dengan ilmu
d.
Sabar
atas gangguan dalam berdakwah
Berikut
ini Uraian dari Makna Surat Al-Asrh 1-3 secara singkat :
Demi
Masa : وَ العَصرِ
Penjelasan
:
Allah Ta’ala bersumpah dengan menggunakan waktu, hal ini
menunjukan akan pentingnya waktu. Allah Ta’ala bersumpah dengan apa saja yang
Dia kehendaki, tidak ada yang berhak untuk melarangnya, karena Dia Maha Berkuasa
atas Segala sesuatu. Sedangkan bagi manusia, bersumpah itu ada tata caranya.Tidak
boleh bagi seseorang bersumpah selain dengan Nama/Sifat Allah.
Contoh
:
وَ
اللهِ ، تَاللهِ، بِاللهِ (Dalam Bahasa Arab)
Demi
Allah, Demi Rahman dll (Dalam Bahasa Indonesia)
Adapun bersumpah dengan tidak menggunakan Nama/Sifat Allah maka
hukumnya Haram, sebagaimana telah mengakar di masyarakat ketidaktahuan ini,
sebagian dari sumpah terlarang ; Demi Nabi, Demi Malaikat, Demi Al-Qur’an, Demi
Pocong, Demi demi yang lainnya. Nabi bersabda :
مَنْ
حَلَفَ بِشَيْءٍ دُوْنَ اللهِ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa
yang bersumpah tanpa menyebut (Nama/ Sifat )Allah maka dia telah terjatuh dalam
kesyirikan” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya
manusia : إِنَّ الإِنْسَانَ
Penjelasan
:
Yang dimaksud adalah Semua manusia, karena disitu ada (ال). Kalau dalam ilmu bahasa Arab (ال) disebut “Al Lil Al-Jins- للجنس ال”
Dalam
kerugian لَفِيْ خُسْرٍ:
Penjelasan
:
Manusia itu benar-benar dalam kerugian dan kesesatan.
Kecuali
orang-orang yang beriman: إِلَّا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا
Penjelasan
:
Setelah Allah Ta’ala menyebutkan bahwa semua manusia itu
dalam kerugian dan kesesatan, setelah itu Allah memberikan pengecualian bagi
orang-orang yang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari
Akhir dan Taqdir baik dan buruk.
Dan
orang-orang yang beramal shaleh: وَعمِلُ
الصَّالِحَاتِ
Penjelasan
:
Dan orang-orang yang beramal shaleh yang memang kita diperintahkan
untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah/ merealisasikan bentuk penyembahan
kita kepada Allah.
Serta
orang yang saling mengingatkan dalam kebenaran : وَ
تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
Penjelasan
:
Serta orang yang saling mengingatkan dalam kebenaran, yaitu dengan
senantiasa mendakwahkan seseorang agar selalu meningkatkan keimanan,
memperbanyak amal shaleh sesuai sunnah Nabi salallahu ‘alaihissalam dan
yang lainnya.
Serta
orang yang saling mengingatkan dalam kesabaran: وَ
تَوَاصَوْا بِالْصَبْر
Penjelasan
:
Serta orang yang saling mengingatkan dalam kesabaran, yaitu agar
senantiasa bersabar dalam menjalankan apa saja yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala
kepada kita.
Demikian
Penjelasan singkat makna Surat Al-Ashr 1-3.
Kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab melanjutkan risalahnya
sebagai berikut;
Imam
Syafi’I rahimahullah berkata :
لَوْ
مَا أَنْزَلَ اللهُ حُجَّةً عَلَى خَلْقِهِ إِلَّا هَذِهِ السُّوْرَةَ
لَكَفَتْهُمْ
“Seandainya saja Allah
tidak menurunkan hujjah kepada makhlukanya kecuali surat ini, maka surat ini
(Al-Asrh) maka sudah cukup”
Maksud dari perkataan beliau, bahwasannya ayat ini cukup bagi
makhluk Allah untuk selalu berpegang dengan agama Allah, beriman
kepada Allah, beramal shaleh, dakwah kepada kebenaran dan sabar atas gangguan
dalam dakwah. Bukan maksud dari perkataan ini, bahwa surat ini cukup bagi
makhluknya dalam menerapkan semua syari’at.
Imam Bukhari rahimahullah berkata : “Bab Ilmu sebelum
berkata dan beramal”.
Ilmu
didahulukan sebelum berkata dan beramal, karena perkataan dan amalan seseorang
tidak akan diterima kecuali bersumber dari ilmu yang benar. Nabi salallahu
‘alaihiwasalam :
مَنْ
عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang
melakukan amalan yang tidak ada tuntunan dari kami (agama islam) maka amalan
itu tertolak” (HR. Muslim 1718).
Dalil bahwa ilmu itu didahulukan dari perkataan dan perbuatan,
Firman Allah Ta’ala :
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Ketahuilah
bahwasannya tiada tuhan yang berhaq disembah kecuali Allah dan mohonlah ampun
atas dosamu” (QS. Muhammad
: 19). Dari ayat ini bisa kita simpulkan bahwa ilmu syarat sahnya perkataan dan
amalan.
Maka Ilmu didahulukan dari perkataan dan perbuatan, karena ilmu itu
penting. Dan tiaklah didahulukan kecuali hal itu penting.
Demikian
Penjelasan Kajian kita Tsalatsatu Al-Ushul 5. Semoga bermanfaat dan menambah
keimanan kita serta meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam. Walallahu
‘Alam
0 komentar:
Posting Komentar