HOME

Rabu, 01 Februari 2017

Kajian Kitab Ushul At-Tsalatsah-5 (Tafsir Surat Al-Ashr)






oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far


Muqoddimah


الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه ، كما يحب ربنا و يرضى، و أشهد أن لا إله إلا الله و أن محمدا عبده ورسوله.

قال الله تعالى : يأيهآ الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته، و لا تموتون إلا و أنتم مسلمون.

وإن أصدق الحديث كتاب الله تعالى، و خير الهدي هدي النبي صلى الله عليه وسلم ، و شر الأمور محدثاتها فإن كل محدثات بدعة و كل بدعة ضلالة.

أما بعد ، 


Puji Syukur kehadirat Allah Ta'ala atas segala limpahan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita bisa tetap berada di atas keimanan dan Islam sampai saat ini, dan juga masih diberi kesempatan untuk mengkaji Al-Quran dan Sunnah Nabi Salallahu'alaihissalam sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi Radhiyallahu'Anhum.

*Tafsir Surat Al-Asrh*

اِعْلَمْ رَحِمَكَ اللهُ أَنَّهُ يَجِبُ عَلَيْنَا تَعَلُّمُ أَرْبَعِ مَسَائِلَ
  Ketahuilah wahai para pembaca اِعْلَمْ :
Kata (اعلم) dalam bahasa arab menunjukkan bahwa seruan setelah kalimat ini adalah penting.
Contoh kalimat (اعلم) dalam Al-Qur’an :
Allah Ta’ala berfirman :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
“ Ketahuilah bahwasannya tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah Ta’ala” (QS. Muhammad :  19 )
Kalimat (لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ) adalah kalimat yang sangat penting, hanya dengan kalimat itu disertai keyakinan dengannya, maka seseorang bisa masuk surga. Nabi salallahu’alaihissalam bersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang akhir perkataannya (ucapannya) Lailaha illallah maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Dawud. No. 3116)
Semoga Allah merahmati para pembaca رَحِمَكَ اللهُ : 
Ini adalah do’a dari penulis untuk para pembaca semua, makna kalimat (الرَحْمَةُ) juga mengandung do’a ampunan  (المَغْفِرَةُ). Dan hal ini adalah bentuk kecintaan penulis kepada para pembaca.
Bahwasannya wajib bagi kita : أَنَّهُ يَجِبُ عَلَيْنَا
Makna Wajib : Apa saja yang diminta oleh pembuat syari’at (Allah) dengan keharusan untuk dilakukan sesuai petunjuk  Nabi salallahu’alaihissalam. Berpahala bagi orang yang melakukan dan berhak mendapatkan siksa bagi yang meninggalkan (kewajiban itu).
mempelajari 4 pekara : تعَلُّمُ أَرْبَع مَسَائِلَ
Yaitu wajib bagi kita semua untuk belajar 4 perkara ini, diantaranya :
     1.      Ilmu
Ilmu adalah sesuatu yang pasti.
Ilmu yang dimaksud disini yaitu Ilmu Syar’I :
Ilmu Syar’I ada 2 macam :
-Fardu ‘Ain : Wajib untuk semua orang melakukannya, misal : Shalat Fardhu 5 Waktu.
-Fardu Kifayah : Wajib untuk sebagian orang, apabila sudah ada yang mewakili maka yang lain gugur kewajiban, apabila semua orang tidak ada yang melakukan maka dosa semua di suatu negeri (kampung) tersebut. Misal : Adzan, Mengurus orang meninggal dll.
Ilmu Syar’I yang fardhu ‘ain :
     a.       Mengenal Allah
Lantas dengan apa mengenal Allah? Maka jawabnya : Dengan Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist Nabi serta kenalilah Nama dan Sifat-sifat Allah yang Maha Agung lagi Mulia.
     b.      Mengenal Nabi Muhammad salallahu ‘alaihissalam
Kenapa harus mengikui Nabi Muhammad? Karena tidak ada keselamatan kecuali dengan mengikuti beliau salallahu ‘alaihissalam.

Allah Ta’ala berfiman :
ياأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا أَطِيْعُوْا اللهَ وَ أَطِيْعُوْا الرَسُوْل
 “Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan Taatilah Rasul (Nabi Muhammad salallahu ‘alaihissalam)…” (QS. An-Nisa’ : 59)
     c.       Mengenal Agama Islam dengan dalil-dalilnya (memperdalamnya)
Agama Islam dibangun diatas dalil (bukti) yang nyata, jadi siapa saja yang membuat syari’at baru dalam agama yang tak pernah diperintahkan Allah dan RasulNya, maka ibadah itu akan sia-sia. Nabi salallahu ‘alaihissalam bersabda :
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهِ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang membuat (suatu amalan) di dalam agama ini yang tidak ada tuntunan dari (agama islam) maka amalan itu tertolak” (HR. Bukhari No. 2697 dan Muslim No.1718)
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada tuntunan dari kami (agama islam) maka amalan itu tertolak”(HR.Muslim No.1718)

     2.      Amal
Setelah mempunyai ilmu maka amalkan, karena amal adalah buah dari ilmu. Dan orang yang mempunyai ilmu tapi tidak mengamalkan ilmu maka orang itu lebih buruk dari orang bodoh. Dan ini merupakan  sifat orang-orang Yahudi Na’udzu billa min dzalik.

     3.      Dakwah
Setelah mempunyai ilmu dan berusaha untuk mengamalkannya, maka kewajiban selanjutnya adalah berdakwah, di muali dari yang terpenting (Tauhid), kemudian yang penting (Permasalahan Ibadah seperti : Wudhu, Shalat, Puasa)dst.

     4.      Sabar dalam mengamalkan ilmu dan mendakwahkannya
Sudah sunnatullah bagi yang mengemban dakwah yang benar, menyeru kepada tauhid maka pasti ada yang mencela dan berusaha untuk merusak dakwah itu. Hal ini telah banyak contohnya, sebagaimana yang dialami Nabi dan para ulama’. Oleh karenanya kita harus sabar dan terus bersabar.
Diriwayatkan oleh Ibunda Aisyah radiyallahu  ‘anha, bahwasannya Waraqah bin Naufal berkata kepada Nabi salallahu ‘alaihissalam ketika Nabi menceritakan wahyu yang di dapatkannya : Kalau saja aku masih hidup ketika kamu di keluarkan dari kampungmu oleh kaummu, maka Nabi berkata: “Apakah mereka akan mengeluarkan (mengusir) aku?” Waraqah bin Naufal berkata : Ya, Tidaklah seorang pun membawa seperti apa yang kamu bawa ini (wahyu kebenaran) maka pasti akan di uji (dicela dll).”(Muttafaq ‘Alaihi).

Makna Sabar adalah menahan diri senantiasa dalam ketaatan kepada Allah, dan menahan diri agar tidak bermaksiat kepada Allah dan menahan diri atas takdir buruk yang menimpa kita semua. Dari pengertian diatas maka Sabar di kelompokkan menjadi 3 :
     1.      Sabar senantiasa taat kepada Allah
     2.      Sabar untuk meninggalkan maksiat
     3.      Sabar dalam menerima takdir buruk yang menimpa kepada kita.
Perlu diketahui bahwa 4 Hal diatas terkandung dalam surat Al-Asrh : 1-3, Allah Ta’ala berfirman :
وَ العَصرِ ، إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُ الصَّالِحَاتِ وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَوَاصَوْا بِالْصَبْرِ
“Demi Masa, Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh serta orang yang saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran” (QS. Al-Asrh : 1-3)
Allah Ta’ala telah memberikan peringatan bahwa semua manusia dalam kerugian dan kebinasaan, kecuali yang melakukan 4 hal :
     a.       Iman kepada Allah
     b.      Amal Shaleh
     c.       Dakwah dengan ilmu
     d.      Sabar atas gangguan dalam berdakwah
Berikut ini Uraian dari Makna Surat Al-Asrh 1-3 secara singkat :
Demi Masa : وَ العَصرِ
Penjelasan :
Allah Ta’ala bersumpah dengan menggunakan waktu, hal ini menunjukan akan pentingnya waktu. Allah Ta’ala bersumpah dengan apa saja yang Dia kehendaki, tidak ada yang berhak untuk melarangnya, karena Dia Maha Berkuasa atas Segala sesuatu. Sedangkan bagi manusia, bersumpah itu ada tata caranya.Tidak boleh bagi seseorang bersumpah selain dengan Nama/Sifat Allah.
Contoh :
وَ اللهِ ، تَاللهِ، بِاللهِ (Dalam Bahasa Arab)
Demi Allah, Demi Rahman dll (Dalam Bahasa Indonesia)
Adapun bersumpah dengan tidak menggunakan Nama/Sifat Allah maka hukumnya Haram, sebagaimana telah mengakar di masyarakat ketidaktahuan ini, sebagian dari sumpah terlarang ; Demi Nabi, Demi Malaikat, Demi Al-Qur’an, Demi Pocong, Demi demi yang lainnya. Nabi bersabda :
مَنْ حَلَفَ بِشَيْءٍ دُوْنَ اللهِ فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang bersumpah tanpa menyebut (Nama/ Sifat )Allah maka dia telah terjatuh dalam kesyirikan” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya manusia : إِنَّ الإِنْسَانَ
Penjelasan :
Yang dimaksud adalah Semua manusia, karena disitu ada (ال). Kalau dalam ilmu bahasa Arab (ال) disebut “Al Lil Al-Jins- للجنس  ال
Dalam kerugian لَفِيْ خُسْرٍ:

Penjelasan :
Manusia itu benar-benar dalam kerugian dan kesesatan.
Kecuali orang-orang yang beriman: إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
Penjelasan :
Setelah Allah Ta’ala menyebutkan bahwa semua manusia itu dalam kerugian dan kesesatan, setelah itu Allah memberikan pengecualian bagi orang-orang yang beriman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruk.
Dan orang-orang yang beramal shaleh: وَعمِلُ الصَّالِحَاتِ
Penjelasan :
Dan orang-orang yang beramal shaleh yang memang kita diperintahkan untuk melakukannya dalam rangka beribadah kepada Allah/ merealisasikan bentuk penyembahan kita kepada Allah.
Serta orang yang saling mengingatkan dalam kebenaran : وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
Penjelasan :
Serta orang yang saling mengingatkan dalam kebenaran, yaitu dengan senantiasa mendakwahkan seseorang agar selalu meningkatkan keimanan, memperbanyak amal shaleh sesuai sunnah Nabi salallahu ‘alaihissalam dan yang lainnya. 
Serta orang yang saling mengingatkan dalam kesabaran: وَ تَوَاصَوْا بِالْصَبْر
Penjelasan :
Serta orang yang saling mengingatkan dalam kesabaran, yaitu agar senantiasa bersabar dalam menjalankan apa saja yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala kepada kita.
Demikian Penjelasan singkat makna Surat Al-Ashr 1-3.
Kemudian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab melanjutkan risalahnya sebagai berikut;
Imam Syafi’I rahimahullah berkata :
لَوْ مَا أَنْزَلَ اللهُ حُجَّةً عَلَى خَلْقِهِ إِلَّا هَذِهِ السُّوْرَةَ لَكَفَتْهُمْ
“Seandainya saja Allah tidak menurunkan hujjah kepada makhlukanya kecuali surat ini, maka surat ini (Al-Asrh) maka sudah cukup”
Maksud dari perkataan beliau, bahwasannya ayat ini cukup bagi makhluk Allah untuk selalu berpegang dengan agama Allah, beriman kepada Allah, beramal shaleh, dakwah kepada kebenaran dan sabar atas gangguan dalam dakwah. Bukan maksud dari perkataan ini, bahwa surat ini cukup bagi makhluknya dalam menerapkan semua syari’at.
Imam Bukhari rahimahullah berkata : “Bab Ilmu sebelum berkata dan beramal”.
            Ilmu didahulukan sebelum berkata dan beramal, karena perkataan dan amalan seseorang tidak akan diterima kecuali bersumber dari ilmu yang benar. Nabi salallahu ‘alaihiwasalam :
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak ada tuntunan dari kami (agama islam) maka amalan itu tertolak” (HR. Muslim 1718).
Dalil bahwa ilmu itu didahulukan dari perkataan dan perbuatan, Firman Allah Ta’ala :
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ اسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Ketahuilah bahwasannya tiada tuhan yang berhaq disembah kecuali Allah dan mohonlah ampun atas dosamu” (QS. Muhammad : 19). Dari ayat ini bisa kita simpulkan bahwa ilmu syarat sahnya perkataan dan amalan.
Maka Ilmu didahulukan dari perkataan dan perbuatan, karena ilmu itu penting. Dan tiaklah didahulukan kecuali hal itu penting.   


Demikian Penjelasan Kajian kita Tsalatsatu Al-Ushul 5. Semoga bermanfaat dan menambah keimanan kita serta meningkatkan pengetahuan kita tentang Islam. Walallahu ‘Alam

0 komentar:

Posting Komentar