oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far
Muqoddimah
الحمد لله حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه ، كما يحب ربنا و يرضى، و أشهد أن لا إله إلا الله و أن محمدا عبده ورسوله
قال الله تعالى : يأيهآ الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته، و لا تموتون إلا و أنتم مسلمون
و إن أصدق الحديث كتاب الله تعالى، و خير الهدي هدي النبي صلى الله عليه وسلم ، و شر الأمور محدثاتها فإن كل محدثات بدعة و كل بدعة ضلالة
أما بعد ،
Puji Syukur kehadirat Allah Ta'ala atas
segala limpahan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita bisa tetap berada di atas
keimanan dan Islam sampai saat ini, dan juga masih diberi kesempatan untuk mengkaji
Al-Quran dan Sunnah Nabi Salallahu'alaihissalam sesuai dengan pemahaman para
sahabat Nabi Radhiyallahu'Anhum.
*Risalah 3*
*Hanafiyyah Agama Nabi Ibrahim*
اعلم أرشدك الله لطاعته
Ketahuilah wahai para pembaca اعلم
:
Kata (اعلم)
dalam bahasa arab menunjukan bahwa seruan setelah kalimat ini adalah penting.
Contoh kalimat (اعلم) dalam Al-Qur’an :
Allah Ta’ala berfirman :
فاعلم أنه لا إله إلا الله
“ Ketahuilah bahwasannya tidak ada yang berhak disembah kecuali
Allah Ta’ala” (QS. Muhammad : 19 )
Kalimat (لاإله إلا
الله) adalah kalimat yang sangat penting, hanya dengan kalimat itu
serta yakin dengannya, maka seseorang bias masuk surga. Nabi sallahu’alaihiwasallam
bersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang akhir perkataannya Lailaha
illallah maka dia akan masuk surga” (HR. Abu Dawud)
Semoga Allah memberimu petunjuk أَرْشَدَكَ
اللهُ :
Ini adalah do’a dari penulis untuk para
pembaca semua, makna kalimat (الرَشد)
adalah (الاستقامة) istiqomah diatas petunjuk kebenaran. Kalimat (الرُشْدُ)
lawan dari (الغَيُّ) : kesesatan.
Untuk selalu taat kepada Allah لطاعته :
Ketaatan adalah suatu yang susai dengan
tujuan, yaitu mengerjakan setiap yang diperintahkan dan meninggalkan apa saja
yang dilarang.
إن الحنفية ملة إبراهيم : أن تعبد الله وحده ،
مخلصا له الدين ، و بذلك أمر الله جميع الناس ، و خلقهم لها
Penjelasan :
Bahwasannya Al-Hanafiyyah itu إِنَّ الحَنَفِيَّةَ :
Makna (الحَنَيْفُ)
secara bahasa berasal dari kata (الحَنَفُ)
yang bermakna condong (berpihak). Adapun secara istilah maknya adalah Acuh
(Jauh) terhadap syirik dan berpihak kepada Tauhid (Mengesakan Allah dalam
peribadatan).
Adalah Agama Nabi Ibrahim مِلَّةُ إِبْرَاهِيْمَ :
Makna dari Millah Ibrahim adalah jalan
(syari’at) Nabi Ibrahim. Sebagian Para ulama mengatakan bahwa Milla
Ibrahim artinya agama yang haq/agama tauhid.
أَنْ تَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ ، مُخْلِصًا لَهُ
الدِّيْنَ :
(Agama Nabi Ibrahim)
Yaitu beribadah kepada Allah dengan ikhlas sebenar-benarnya.
Makna ikhlas yaitu bersih, maksudnya adalah
beribadah kepada Allah hanya berharap Wajah Allah agar sampai kepada tempat
tujuan yang indah (surga).
Ikhlas adalah satu diantara syarat
diterimanya ibadah, sedangkan syarat yang kedua yaitu Ittiba’ (mengikuti sunnah
Nabi salallahu ‘alaihissalam).
و بذلك أمر الله جميع الناس ، و خلقهم لها :
Dengan tujuan diatas, Allah memerintahkan seluruh manusia
dan menciptakannya yaitu untuk beribadah dengan ikhlas.
Allah Ta’ala berfirman :
وما خلقت الجن و الإنس إلا ليعبدون
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk
beribadah ”(QS. Adz-Dzariyat : 56)
Makna dari (لِيَعْبُدُوْنَ)
adalah (يُوَحِّدُوْنَ) yaitu meng-Esakan
Allah Ta’ala (menunggalkan Allah dalam beribadah).
Ibadah dalam arti ini dibagi menjadi 2, yaitu
:
a.
Ibadah Kauniyah : Tunduk patuh kepada perintah Allah kauni,
ini mencakup semua makhluk Allah Ta’ala, entah itu hamba yang beriman ataupun
yang durhaka. Allah Ta’ala berfirman :
إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
“Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang
kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba” (QS. Maryam : 93)
b.
Ibadah Syar’iyyah : Tunduk patuh kepada perintah Allah
secara syar’i, ini khusus untuk hamba yang beriman. Allah Ta’ala berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ
شَيْئًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun….” (QS. An-Nisa’ : 36)
و أعظم ما أمر الله به التوحيد
Perkara paling besar yang diperintahkan oleh
Allah adalah Tauhid (Uluhiyyah). Karena tidak sah tauhid seseorang apabilah hanya
mentauhidkan Allah dalam Tauhid Rububiyyah dan Asma’ wa Sifat saja.
Macam-macam Tauhid ada 3;
a.
Tauhid Uluhiyyah : Meng-Esakan Allah dalam
peribadatan
b.
Tauhid Rububiyyah : Meng-Esakan Allah dalam perbuatan
(Allah)
c.
Tauhid Asma’ wa Sifat : Meng-Esakan Allah dengan nama dan
sifat-sifat Allah yang datang dari Al-Qur’an dan Sunnah, tanpa Tahrif, Ta’til,
takyif dan Tamsil.
و أعظم ما نهى الله عنه الشرك
Perkara paling besar yang dilarang oleh Allah
adalah Syirik. Makna Syirik adalah menyekutukan
Allah dengan sesuatu dalam peribadatannya
Dalilnya adalah Allah Ta’ala berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun….” (QS. An-Nisa’ : 36)
Syaikh Sholeh Fauzan berkata : Ayat ini adalah
dalil tentang perkara terbesar yang diperintahkan Allah Ta’ala, kemudian lanjutan
ayatnya membahas tentang larangan terbesar yaitu syirk. Tidaklah Allah mendahulukan
sesuatu daripada yang lain, melainkan sesuatu itu adalah hal yang penting. Oleh
karenanya Allah memulai ayat dengan tauhid kemudian menyebutkan syirik. Dari sinilah
sisi pendalilan ayat diatas mengenai perkara terbesar dan larangan terbesar. (terjemahan
bebas)
(Lihat kitab Syarh Ushul At-Tsalatsah hal 49
oleh Syaikh Sholeh Fauzan)
Kesimpulan :
Belajarlah Tauhid dengan matang, lalu
belajarlah perkara-perkara yang bisa membatalkan tauhid itu, karena dengan
mengetahui keburukan kita bisa menghindarinya bukan malah terjun di dalamnya.
Demikian Penjelasan Kajian kita Tsalatsatu
Al-Ushul 7. Semoga bermanfaat dan menambah keimanan kita serta menambah
pengetahuan kita tentang Islam. Walallahu ‘Alam
0 komentar:
Posting Komentar