HOME

Senin, 24 Oktober 2022

NASEHAT DARI UST. DR. ARIS MUNANDAR KEPADA PENUNTUT ILMU



Berikut ini nasehat yang beliau sampaikan,
Alhamdulillah kita bersyukur atas nikmat dari Allah, karena dipilih menjadi bagian dari para penuntut ilmu.
Itu tandanya Allah menginginkan kebaikan untuk kita, dan ingin memuliakan kita.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
"Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, akan diberikan pemahaman terhadap Agama"
خيرا
Artinya semua kebaikan, karena lafadznya Nakiroh Fi siyaq Syarat, maka Berfaidah umum.
Ada faidah menarik dari Imam Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Miftah Daris Saadah tentang kalimat
يفقهه في الدين
"Diberikan pemahaman terhadap ilmu agama"
Ada dua kemungkinan :
- Jika ilmu tersebut membuahkan amal, maka makna hadist ini adalah kepastian, bahwa Allah inginkan kepadanya kebaikan yang besar.
- Namun, jika ilmu yang dimaksud tidak membuahkan amal, hanya sekedar pengetahuan saja. Maka masih belum pasti mendapatkan kebaikan, namun berpeluang mendapatkan kebaikan.

Antum di Kota Nabi untuk kegiatan mencari warisan Nabi, maka pesan utama untuk antum adalah;
1. Semangat kepada sesuatu yang sedang ditekuni
Nabi Muhammad salallahu alaihissalam bersabda :
احرص على ما ينفعك و استعن بالله ولا تعجز
"Bersemangat atas hal-hal yang bermanfaat atasmu dan senantiasa untuk minta pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah"
Jangan punya karakter menyerah sebelum mencoba, atau gampang menyerah padahal baru satu atau dua kali berusaha.
Dalam hadist ini, ada Antusiasme yang dikaitkan dengan manfaat.
Seperti yang kita ketahui, antusiasme itu bertingkat-tingkat, sebagaimana juga manfaat, ada bertingkat-tingkat juga.
Harusnya antusias itu semakin besar, ketika manfaatnya yang diperoleh itu besar. Ini adalah kaidah yang harus antum ketahui.
Kalau kita tidak semangat belajar, maka waktu-waktu yang telah berlalu akan menjadi penyelasan,, terlebih ketika sudah pulang ke Indonesia dan dianggap oleh orang sebagai seorang Alim sesuai exspetasi mereka, namun kenyataan tidak demikian.
Ciri-ciri orang yang antusias dalam ilmu, bahwa mereka pelit dengan waktunya. Jika ada hal-hal yang melalaikan dari belajar, maka betul-betul disingkirkan.
Jalan ilmu itu adalah jalan yang tidak bertabur bunga, bukan juga jalan yang terhampar padanya permadani.
Sebagaimana ungkapan ulama ahli hadist,
هذه بضاعة المفاليس
"Belajar Ilmu Hadist (ilmu agama secara umum) itu adalah barang dagangan orang-orang bangkrut"

Orang belajar ilmu agama itu identik dengan kesederhanaan, sudah sunnatullah seperti itu. Dan menjadi khas penuntut ilmu.
Jika ada orang yang meniti jalan ilmu, namun dipenuhi dengan kemewahan, maka bisa jadi ilmunya tidak berkah, atau dia telah melacurkan ilmunya (menukar dengan dunia).
Berbeda ketika sudah berada ditengah masyarakat yang mencintai ilmu, maka kondisinya akan berbeda.

Namun pada dasarnya jalan ilmu itu jalan sederhana. Hanya orang-orang yang punya obsesi mewah (akhirat) yang bisa meniti jalan ilmu, adapun obsesi dunia yang hanya mengenyangkan perut lapar itu adalah obsesi yang rendah.
Kaidahnya :
العلم إذا أعطيته كلك أعطاك بعضه
"Sebesar apapun yang antum curahkan untuk ilmu, maka ilmu yang akan didapat hanya sebagian saja"
Lalu bagaimana jika ilmu dijadikan sampingan? Lebih fokus hal-hal lainnya.
Semua itu akan kelihatan ketika antum lulus.
Bisa jadi,
- Tulisannya tidak berkualitas,
- Ceramahnya tidak berkualitas
Di Universitas Islam Madinah itu ketika terlihat pintar tidak membanggakan (karena hal lumrah, masak iya belajar di Madinah tapi tidak pintar), dan ketika terlihat bodoh itu memalukan (masak iya lulusan Madinah kualitasnya begitu).
Solusinya adalah senantiasa semangat dalam belajar.

Karena bisa jadi antum lulusan Madinah namun seperti orang yang tidak pernah belajar sama sekali (berubah drastis).
Ilmu itu tentang Kaifa (Bagaimana) , bukan Aina (Dimana). Bagaimana proses itu dijalani, bukan hanya sekedar dimana belajarnya.
Jangan sampai antum di suatu tempat yang menjadi pusat ilmu yaitu Kota Madinah, namun antum tidak bisa maksimal dalam memanfaatkan waktu.
Ada peribahasa "Anak ayam mati di lumbung padi" artinya Ada penuntut ilmu yang bodoh di pusatnya ilmu.

Belajar itu akan sukses jika semangatnya stabil. Kalau naik turun, maka sulit akan sukses.
Misal baca buku, stabil di angka 2 jam per hari. Itu akan kelihatan hasilnya. Namun jika kadang semangat, kadang tidak. Maka tidak akan maksimal hasilnya.
Agar semangat selalu stabil, kata kuncinya adalah CINTA, dimana harus terus menumbuhkan rasa cinta dengan ilmu.

Setiap huruf yang didengar berupa ilmu, ada suatu kenikmatan yang luar biasa. Ketika menemukan hal yang isykal (yang membingungkan) maka senangnya luar biasa.
Cinta ilmu yang luar biasa, di antara cirinya adalah sampai lupa makan. Saking asyiknya dengan ilmu
Asyik itu berasal dari bahasa Arab العشق yang artinya cinta yang luar biasa.
المبالغة في المحبة
الإفراط في الحب
2. Sabar
Harus sabar dengan keterbatasan.
Ulet, tekun, tahan banting. Itulah akan menjadikan seseorang sukses. Baik dunia ataupun akhirat.
Allah Ta’ala sangat bisa menciptakan langit dan bumi dengan sekedap mata, lalu kenapa diciptakan selama 6 hari?
Itu semua untuk mengajari kita, bahwa semua ada prosesnya, bertahap dikit demi sedikit.

3. Menggunakan semua sarana/jalan dalam belajar
A. Belajar bersama dengan guru (talaqqi), terutama untuk membangun pondasi
B. Qiroah dan mutholaah, rajin membaca akan membuat seseorang akan berkembang dalam keilmuan
C. Diskusi dengan orang-orang yang berilmu, saling bertukar faidah.
D. Rajin Bahs, yaitu cari permasalahan ilmu, bikin proyek pribadi.
Bertanyanya penuntut ilmu berdeda dengan orang awam. Kalau orang awam semua ditanyakan, adapun penuntut ilmu pertanyaannya berkualitas, yang ditanyakan hal-hal yang betul-betul membingungkan, katika dicari sendiri tidak ketemu. Jadi tidak terburu-buru bertanya, karena itu instan.
Sesuatu yang didapat secara instan itu hilangnya cepat. Berbeda jika sesuatu didapatkan dengan susah payah, maka itu awet.

Membaca bukunya penuntut ilmu berbeda dengan orang awam yang hanya sekedar lewat. Ketika penuntut ilmu sedang membaca maka dia akan membawa pena, lalu mencatat faidah-faidah bacaannya di cover buku atau ada kertas khusus sehingga ketika membaca yang kedua atau ketiga, bisa langsung tertuju terhadap faidah-faidah yang telah ditulisnya.

Demikian nasihat dari beliau yang bisa kami tulis, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Barakallahu fikum wa Jazakumullah khoiron


Abu Yusuf Akhmad Ja'far, Lc
Pelataran Masjid Nabawi