Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja’far
Malam begitu indah, langit madinah
terang benderang. Suasana udara yang hangat dan menyenangkan.
Al-Faqir diberi amanah dari ppmi
untuk mewakili temen-temen mahasiswa baru menyampaikan pesan-kesan selama
proses pengurusan hingga bisa sampai di madinah.
Tentunya gemeteran berbicara di
hadapan asatidz calon mejisterat dan dakatiroh. Mungkin sudah tidak asing di
telinga kita.
Sebut saja,
Ust. Dr. Emha Hasan Ayatullah, MA
Ust. Emha Hasan Nasrullah, MA
Ust. Iqbal Gunawan, MA
Ust. Ariful Bahri, MA
Ust. Azmi Zarkasy, MA
Ust. Haris Hermawan, MA
Ust. Irsyad Hasan, MA
Ust. Haekal Basyarahil, MA
Ust. Musa At-Tamimy, MA
Ust. M. Izzi Masmuin, BA
Ust. Arya Bima, BA
Ust. Lutfi Setiawan, BA
dan banyak lagi yang lain. Mereka
semua guru-guru ana.
Kami menyampaikan,
Diterima di madinah saya merasa
sedih dan senang.
Sedih karena harus LDR sementara
dengan istri. Tentu ini berat dan sangat menyakitkan. Hehe
Senang karena bisa menuntut ilmu di
tempat yang ana cita-citakan semenjak Sekolah. Meskipun harus nunggu sangat
lama. Bahkan mampir dulu di Negara Tetangga selama 5 tahun.
Mungkin saya tidak seperti antum
semua, yang basic nya dari pondok, saya hanya dari sekolah umum biasa. Makanya
ana sangat butuh bimbingan para asatidz sekalian dan teman-teman semua untuk
saling suport dalam belajar dan pergi ke masjid Nabawi.
Kita harus saling tegur jika ada
salah satu dari kita, futur atau malas.
Begitu juga, harus saling membantu
jika salah satu diantara kita kesulitan memahami pelajaran di kelas atau ketika
Talaqqi.
Saya ucapkan terima kasih kepada
PPMI Madinah dan panitia penyambutan Mahasiswa Baru yang telah mencurahkan
segala usaha dan tenaganya dalam membantu kami, hingga kami bisa berada di
Madinah, Kota Nabi Muhammad salallahu alaihissalam
Semoga menjadi jariyah yang
senantiasa mengalir terus hingga ke akhirat kelak.
Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada para asatidz pascasarjana yang menyempatkan waktunya untuk kami, saling
sharing, dan berbagi ilmu serta pengalaman.
Yang berbicara di hadapan antum ini
adalah debu, yang tidak pantas sebenarnya untuk berbicara. Dalam kaidah
disebutkan
إذا حضر الماء بطل التيمم
Semua para asatidz bagaikan air,
sehingga tidak dibutuhkan debu. Tapi karena di minta maka dengan terpaksa kami
berdiri di hadapan antum semua.
Semoga ukhuwah kita terus berjalan
hingga kita pulang, tentunya dengan membawa ilmu yang manfaat dan bisa dakwah
bareng-bareng.
Madinah, 28 Muharram 1441 H
0 komentar:
Posting Komentar