HOME

Selasa, 14 April 2020

Fiqh Puasa Kitab Al-Mukhtasor Ash-Shaghir 2



Silsilah Ngaji #Fiqh Syafii#

Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far


Pembahasan Kitab 


Bab Puasa


Penetapan Puasa Ramadhan


يثبت دخول رمضان باستكمال شعبان ثلاثين، أو رؤية الهلال، و يكفي شهادة عدل
Penetapan masuknya bulan Ramadhan dengan,
1. Menggenapkan bulan Sya'ban menjadi 30 hari
2. Melihat Hilal (Bulan Ramdhan pada tanggal 29 Sya'ban)
Dan cukup persaksian satu orang yang adil.
Hal ini sudah kami bahas di Kitab Safinatun Najah, silahkan di rujuk kembali disini
sehingga kami tidak perlu mengulang lagi.



Syarat Sah Puasa
في شروط صحة الصوم
النية، فإن كان فرضا، و اشترط التبييت قبل الفجر، و التعيين كصوم رمضان أو نذر
1. Niat
Jika yang diniatkan itu adalah puasa wajib, maka di syaratkan tabyit (yaitu niat di malam hari, mulai dari habis magrib hingga sebelum subuh) dan harus ta'yin (menyebut), seperti puasa Ramadhan atau puasa Nadzar.



Contoh Niat :
Saya niat puasa ramadhan besok / saya puasa Nadzar besok



Ini di ucapkan dalam hati ketika malam hari. Karena para ulama sepakat bahwa niat tempatnya dihati.
Pembahasan ini juga sudah kami bahas di kitab sebelumnya, silahkan di rujuk disini



الامساك عن الجماع عمدا، و عن الاستمناء، و عن الاستقاء، و عن وصول عين إلى ما يسمى جوفا، كباطن أذن أو إحليل من منفذ مفتوح، فلا يضر وصول دهن بتشرب المسام ولا طعم الكحل بحلقه
2. Menahan dari Pembatal-pembatasan puasa,
Seperti Jima' dengan sengaja,
disini penjelasan lengkapnya,
Lalu onani, muntah dengan sengaja
sudah dijelaskan disini sebelumnya.
, lalu masuknya sesuatu benda ke jauf, seperti lubang telinga atau lubang kemaluan dari anggota tubuh yang terbuka. Dan tidak berpengaruh masuknya minyak wangi ke pori-pori kulit atau rasa celak di tenggorokannya.



و لا يفطر إذا فعل ذلك جاهلا أو ناسيا أو مكروها
Dan tidak membatalkan puasa, jika pembatal diatas dilakukan karena bodoh, lupa atau dipaksa.
ويفطر بخروج المني بلمس بلا حائل، قبلة، أو مضاجعة، لا بفكر و نظر
Dan juga membatalkan puasa karena keluarnya mani disebabkan menyentuh (sesuatu) tanpa penghalang, atau menciumnya, ataupun memeluknya.



Dan tidak membatalkan puasa dengan keluarnya air mani, jika hanya memikirikan atau melihat.
Sudah di rincikan diatas saat penjelasan kitab Ar-Risalah Al-Jamiah wat Tadzkiroh An-Nafiah.



و شرط صحة الصوم أيضا : الإسلام و العقل، والنقاء عن الحيض و النفاس في جميع النهار
3. Shoim (orang yang berpuasa), harus Islam, berakal (bukan gila), suci dari haid dan Nifas dari subuh hingga magrib.
Mafhum dari perkataan penulis,
Jika murtad, walau sebentar maka batal puasanya
Jika gila walaupun sebentar batal puasanya
Jika keluar darah haid atau nifas walau sebentar batal puasanya.
Silahkan di rujuk lengkapnya disini

ويحرم صوم العيدين و أيام التشريق و يحرم صوم النصف الأخير من شعبان إلا لنذر أو قضاء أو كفارة أو ورد
Hari-hari di Haramkan Puasa
1. Dua hari raya
Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan



نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الفِطْرِ وَالنَّحْرِ


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang puasa pada saat idul fitri dan hari berkurban.” (HR. Bukhari)


2. Hari Tasyriq (11,12,13) bulan Dzulhijjah
Dari Nubaisyah Al-Hudzali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyriq adalah hari makan dan minum.” (HR. Muslim).



3. 15 akhir bulan Sya'ban, kecuali jika puasa nadzar, qodo wajib atau sunnah, puasa kafarot dan puasa yang sudah di biasakan (semisal senin kamis, atau puasa daud)
Dari Abu Hurairah Radliyallahu Anhu, bahwa Nabi Salallahu alaihissalam bersabda:



إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانَ فَلَا تَصُوْمُوْا


“Jika Sya’ban sudah sampai pertengahan, janganlah kalian berpuasa” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَقَدَّمُوا رَمَضَانَ بِصَوْمِ يَوْمٍ وَلَا يَوْمَيْنِ إِلَّا رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا، فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah mendahului ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali orang yang memiliki kebiasaan puasa sunah, dia boleh melakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).



Dan puasa yang di larang lainnya, yang tidak di sebutkan muallif.


Wallaahua’lam


Kajian sebelumnya
Serial 1

Semoga kita Istiqomah mengkaji kitab-kitab ulama

0 komentar:

Posting Komentar