Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far
(Mahasiswa Fakultas Syariah Islamiyah Univ. Al-Azhar Kairo)
Hari-hariku di
L-SIA
Setelah kuliah perdana
usai pada Hari Selasa kemaren, pada Hari Rabu saya mulai memasuki Asrama
Mahasiswa yang akan menjadi tempat tinggalku selama satu tahun kedepan dalam
menempuh pendidikan di L-SIA. Dalam satu minggu, waktu belajar dilakukan selama
6 hari, dimulai dari hari Senin-Sabtu. Waktu belajar dalam sehari sangat padat,
di mulai dari kegiatan Tahfizh yang dilakukan setelah sholat Shubuh berjama’ah
di Masjid. Kehidupan di asrama mahasiswa
yang berada di wilayah Pusdiklat Dewan Da’wah begitu penuh liku-liku , rasa
kebersamaan sangat erat dengan kawan-kawan seperjuangan sehingga menuntut
setiap person untuk saling pengertian dalam segala aspek, disinilah
diperlukannya kedewasaan dalam bersikap.
Jadwal makan tiga kali sehari di asrama, masaknya
di gilir setiap kamar. Makan satu nampang 5 orang. Satu kamar isinya 4 orang,
temen-temenku satu kamar dari daerah yang berbeda, ada yang dari Madura, Batam
dan Palembang. Nama kamar kami saat itu adalah kamar Hunain, tentu butuh
kekompakan dari anggota kamar untuk saling tolong menolong.
Kelas di L-SIA terdiri
dari 3 kelas ; A,B dan C. Ada sedikit perbedaan antara kelas A Dan kelas B,C. Bedanya
kalau di kelas A itu para dosen menjelaskan semua pelajaran dengan bahasa arab
dari semester awal hingga akhir, sedangkan kelas B,C penjelasannya dengan
menggunakan translate (bahasa arab kemudian di
terjemahkan) di semester
awal, dan pada semester kedua mulai menggunakan bahasa arab dalam interaksi
kesehariannya.
Para
dosen di L-SIA sudah ahli di bidangnya masing-masing, alumnus dalam dan luar
negri, diantra dosen-dosennya :
1. Ustadz Syarif Mahya Lubis, MA (Mudir
sekaligus pengajar Nahwu dan Balaghoh) beliau alumni S1 LIPIA Jakarta dan S2
Univesitas Negeri Surakarta
2. Ustadz Rizki Narendra, Lc (Pengajar Qira’ah
dan Ta’bir) beliau Alumni Universitas Islam Madinah
3. Ustadz Ulul Azmi, Lc (Pengajar Adab dan
Sima’i) beliau Alumni S1 LIPIA Jakarta
4. Ustadz Indra Jaya, Lc (Pengajar Aqidah dan
Sharf) beliau Alumni S1 LIPIA Jakarta
5. Ustadz Jumrani Ayana, S.Kom.I , Dipl
(Pengajar Fiqh ) beliau Alumni STID Moh. Natsir dan Diploma LIPIA Jakarta
6. Dll.
Fungsi
dari pembagian kelas tersebut adalah untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak
yang belum pernah belajar bahasa arab sama sekali agar tidak langsung down
ketika mendengar penjelasan dengan bahasa arab.
Kebetulan
saya masuk dalam kelas A, yang mana dalam interaksi kesehariannya menggunakan
bahasa arab, hal ini membuat saya dilema, karena saya belum pernah belajar
istima’ ataupun bercakap-cakap dengan bahasa arab sama sekali. Pengetahuanku
tentang kosa-kata bahasa arab sangatlah minim, hampir semua penjelasan para
dosen saya tidak faham. Teman-teman satu kelas saya hampir semua dari mereka
lulusan pondok pesantren yang mempunyai basic yang sangat baik dalam
pembelajaran bahasa arab, bahkan tidak sedikit dari mereka merupakan para
huffazh Al-Qur’an. Pantaslah dalam hati ini merasa minder sama mereka, karena
saya adalah orang yang baru belajar bahasa arab secara terstruktur, Akan tetapi
saya tidak menyerah begitu saja, sungguh ada tantangan tersendiri, agar bisa
bersaing dengan mereka dan mengejar ketinggalanku yang sangat jauh dengan
mereka.
Diawali
dengan motivasi dan gairah belajar yang tinggi, siang malam saya menghafal
mufrodat, membaca diktat kuliah secara terus menerus dengan rutin dan dibarengi
dengan do’a di keheningan malam serta disela-sela waktu istijabah.
Allah
Ta’ala berfirman :
"
واتقوا الله ويعلمكم الله "
“Bertaqwallah kepada Allah, niscaya Allah
akan mengajarkan ilmu kepada kalian”
Waktu terus bergulir,
pelajaran demi pelajaran dilakukan, mulai dari pelajaran qira’ah, ta’bir ,
nahwu, sharaf , kitabah, fiqh, aqidah dll yang semula saya tidak terlalu faham,
karena penjelasannya dengan bahasa arab . Berkat
rahmat Allah Ta’ala saya mulai memahami pelajaran dengan baik setelah 3 bulan
lamanya bergelut dengan kosa kata yang sangat ribet. Dari sini saya bisa mengambil kesimpulan
bahwa belajar bahasa arab itu harus bertahap dan rutin, baik itu rutin dalam
menyimak, membaca , menulis dan bicara.
Setelah
3 bulan saya belajar, banyak perubahan yang saya alami, sedikit demi sedikit
saya sudah faham penjelasan dosen, sudah bisa lancar menyusun kosa kata bahasa
arab untuk di ucapkan, bisa menulis lafadhz arab dengan kaidah-kaidah insya’
meskipun masih banyak kekurangannya. Hal ini merupakan nikmat yang sangat mahal
harganya, membutuhkan perjuangan yang sangat extra. Kalau misalnya menengok
usaha para ulama dahulu dalam belajar antara ilmu yang satu dengan yang
lainnya, maka kita akan melihat diri kita ini sangatlah jauh tertinggal dari
mereka. Setidaknya kita berusaha ikut jalan mereka, walaupun masih tertatih
tatih.
Minimnya
interaksi dengan dunia luar sangan dibutuhkan untuk menekuni sesuatu, pada saat
itu saya tidak megang Hanphone yang caggih, hanya megang Handphone jadul yang
berfungsi untuk telpon, sms dan dengerin suara ngaji-ngaji, baik lewat radio
maupun Mp3. Sebenarnya saya sudah punya Handphone canggih, akan tetapi saya
putuskan untuk tidak membawanya saat diperantauan, dengan alasan pengen focus
untuk mendalami dan memperlancar bahasa arab. Alhamdulillah dengan karunia
Allah Ta’ala dengan minimnya interaksi di dunia luar atau maya (FB, BBM,
TWITER, INSTAGRAM, WASTAPP, LINE) saya mampu untuk focus belajar.
Perjalanan
masih panjang, sekitar 7 bulan kedepan saya akan menyelesaikan study ku ini,
rasa semangat harus tetap ada sampai akhir perjalanan menuju kesuksesan
selanjutnya.
Di sela-sela kesibukan kuliah dan murojaah,
saya bersama teman-teman ada agenda refresing keluar asrama dengan mengunjungi
rumah temen yang dekat dari kampus, ada 4 rumah selama setahun yang kami
kunjungi. 2 di sekitaran Bekasi dan 1 lagi di Depok, saat kami ke Depok,
temen-temen menyempatkan mampir dan keliling Universitas Indonesia. Sungguh sangat
luas dan Indah, serta rindang di penuhi pepohonan, saying sekali banyak
pemandangan yang kurang layak, jadi harus selalu menundukkan pandangan.
Dengan
berjalannya waktu akhirnya waktu ujian semester awal itu tiba, rasa harap,
cemas berkumpul menjadi satu, disamping juga rasa senang karena setelah ujian
saya akan liburan selama dua minggu di kampung halaman.
Belajar,
begadang, membaca, menghafal muqorror saat-saat sebelum ujian, itu semua
dilakukan adalah ingin mendapatkan hasil terbaik nantinya. Ujian pun tiba, hari
demi hari saya lewati dengan menegangkan, sampai pada akhirnya ujian pun
selesai dan tiba saat liburan itu.
Setelah
melihat hasil ujian, Nampak rasa gembira dan terharu dalam diriku, karena saya
tidak menyangka bisa mendapatkan nilai Jayyid Jiddan . Rasa
syukur terus saya panjatkan kepada Allah Ta’ala, karena telah memberikan hasil
yang memuaskan kapada saya. Walhamdulillah.
Liburanku selama dua minggu
Tiket
kereta sudah di tangan , asrama mulai sepi di tinggal para penghuninya hanya
untuk mengisi liburan yang sangat singkat ini, rasa gembira yang begitu luar
biasa saat itu, setelah 5 bulan di kota orang, akhirnya bisa pulang juga ke
kota kelahiran, meskipun sangat singkat.
Saat
liburan, ada temenku yang ikut ke kampung
halamanku, karena dia belum merasakan pergi ke luar provinsi sebelumnya. Dia mondok
hingga kuliah di Bekasi, dimana tempat dia lahir dan besar, wajarlah kalau
ingin merasakan angina segar, berlibur ke pesisir Jawa.
Temenku
hanya seminggu saja nginap di rumahku, kemudian dia balik lagi ke Bekasi. Selama
seminggu kita habiskan untuk jalan-jalan bertafakkur keindahan alam di Kota
Batu, sekaligus mampir di salah satu tempat wisata disana yaitu Museum Angkot. Tampaknya
dia senang menikmati liburan di kampungku.
Ketika
pulang ke kampung, tentu aktivitasku adalah membantu mak , itulah yang menjadi
prioritas saat liburan, seperti mengatar ke pasar , menjaga toko dan lain-lain.
Dan juga ikut pengajian oleh guruku Ust. Abu Ibrahim Muhammad Ali Hafidzahullah
Ta’ala di Ponpes As-Sunnah dan di masjid lainnya.
Tak
terasa, waktu liburan sudah berakhir. Itu tandanya waktu berjuang dan bertempur
sudah saatnya kita mulai lagi.
Dua hari sebelum balik, saya pergi ke
Kantor Imigrasi di Malang untuk membuat Paspor, tentunya tidak mulus begitu
saja, harus bolak-balik selama dua hari baru selesai, saat interview ditanya,
buat apa paspor? Saya jawab, buat persyaratan daftar kuliah di Universitas
Islam Madinah. Meskipun begitu, petugas tidak langsung percaya begitu saja,
beliau minta bukti. Dengan terpaksa saya keluar sejenak untuk cai tempat
printer untuk mencetak surat keterangan dari Universitas Islam Madinah. Akhirnya
ketemu juga setelah muter-muter selama setengah jam. Setelah petugas percaya, Alhamdulillah
mulia di proses data-datanya, itupun jadinya dua minggu setelahnya, sehingga
nanti akan di wakilkan oleh orang tuaku atau kakakku untuk mengambilnya.
Selain
buat paspor, saya juga buat SKCK baru di Polres dekat rumah buat persiapan
daftar kuliah selanjutnya. Alhamdulillah semua urusan lancar.
Dengan
bekal seadanya hingga beberapa bulan ke depan, saya kembali lagi ke kampus
tercinta dengan menggunakan kereta api, kendaraan favorit untuk pergi ke
rantau.
Semester
dua di mulai, tentunya pelajaran akan semakin berat dan banyak hal-hal baru
yang akan saya dapat.
Simak di episode berikutnya ya !!
0 komentar:
Posting Komentar