HOME

Selasa, 07 April 2020

Fiqh Puasa Kitab Safinatun Najah 3


Silsilah Ngaji #Fiqh Syafii#
Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far
Rukun Puasa

في أركان الصوم
أركانه ثلاثة أشياء :
Rukun puasa ada 3 :
نية ليلا لكل يوم في الفرض
1. Niat pada malam hari (Tabyit) pada puasa yang wajib (Puasa Ramadhan, Nadzar, Kafaroh, Qodo), dan niatnya itu di lakukan setiap hari.
Jadi tidak cukup niat di awal Ramadhan, misal : saya niat puasa Ramadhan 30 hari, jadi harus di lakukan setiap hari.
Dalil niat sudah sangat jelas. Dalam hadist Bukhori dan Muslim

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.”
Tabyit Niat : dilakukan pada malam hari, dari tenggelamnya matahari hingga sebelum subuh. Adapun jika puasa Sunnah, maka niatnya boleh tidak malam hari, boleh pada pagi hari sebelum zawal (matahari condong ke barat/waktu dzuhur), selama belum melakukan pembatal puasa sebelumnya (misal makan, minum atau jima').
Niat tempatnya di hati menurut kesepakatan ulama, adapun jika di lafadzkan sebagian ulama bilang mustahab untuk membantu menghadirkan niat. Dan beberapa mengatakan itu bid'ah. Jadi jika sudah niat di hati, maka sudah cukup dan tidak perlu di lafadzkan.
و ترك مفطر ذاكرا مختارا غير جاهل معذور
2. Meninggalkan segala macam pembatal puasa, dalam keadaan ingat (tidak lupa), dan bisa memilih (tidak dipaksa), bukan Jahil (sudah tau ilmunya) dan bukan yang punya udzur (misal : sakit, musafir dll).
Dalil, jika orang lupa tidak batal puasanya.

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – - مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang lupa sedang ia dalam keadaan puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya karena kala itu Allah yang memberi ia makan dan minum.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi, jika ada orang yang puasa lalu lupa, kemudian makan walaupun banyak, lalu teringat maka wajib baginya melanjutkan puasanya. Puasanya sah
Jika ada orang dipaksa untuk berbuka puasa di siang hari, maka wajib baginya untuk melanjutkan puasanya. Dan puasanya sah
Jika ada orang yang jahil, lalu dia buka puasa di siang hari, dan kemudian diberi tau maka wajib untuk melanjutkan puasanya dan puasanya sah.

Jahil yang diberi udzur disini menurut ulama, yaitu yang baru masuk Islam, atau orang yang tinggal di hutan atau padang pasir sehingga jauh dari ulama. Adapun yang tinggal di sekitar ulama, media sosial sudah canggih maka tidak ada udzur. Jika dia melakukan pembatal puasanya di bulan Ramadhan, maka batal puasanya dan wajib qodo di waktu lain.
Jika ada orang yang tidak ada udzur (memenuhi kriteria puasa Ramadhan), semisal : Islam, Baligh, Aqil (tidak gila), mampu dan bersih dari haid, nifas dan wiladah. Lalu melakukan pembatal puasa, maka dosa dan wajib qodo'.

Adapun jika tidak mampu puasa, dalam artian memiliki udzur semisal tua banget atau sakit yang tak pasti sembuh, maka boleh berbuka puasa di siang hari, dan menggodo di lain hari atau membayar fidyah (ada pembahasan tersendiri).
Dalil dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala,
وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah: 185)
و صائم
3. Orang yang berpuasa
Memenuhi kreteria berikut :
Islam, Baligh, Aqil (tidak gila), mampu dan bersih dari haid, nifas dan wiladah.
Maka, puasa tak wajib bagi kafir
Tak wajib bagi bayi
Tak wajib bagi orang gila
Tak wajib bagi yang tidak mampu (ada udzur) ada konsekuensi qodo dan fidyah (in syaa Allah ada pembahasan sendiri)
Tak wajib bagi wanita yang haid, nifas dan wiladah, tapi wajib qodo di lain hari.
Wallaahua’lam

0 komentar:

Posting Komentar