HOME

Selasa, 07 April 2020

Fiqh Puasa Kitab Safinatun Najah 4



Silsilah Ngaji #Fiqh Syafii#
Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far

Qodho dan Kafarot
فيما يوجب القضاء و الكفارة

و يجب مع القضاء للصوم : الكفارة العظمي و التعزير على من أفسد صومه في رمضان يوما كاملا بجماع تام آثم به للصوم
Wajib Qodho Puasa dan Membayar Khafarot Udzma (dalam istilah lain Gholadzoh) dan Di Ta'zir (Hukum dengan hukuman dari penguasa, entah di penjara atau yang lainnya), bagi yang merusak puasanya dengan melakukan Jima' di (siang hari) Bulan Ramadhan, yang berkosekuensi dosa baginya.

Pembahasan ini didasarkan hadist shahih, diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radliyallahu anhu
berkata,

بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ . قَالَ « مَا لَكَ » . قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى وَأَنَا صَائِمٌ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا » . قَالَ لاَ . قَالَ « فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ » . قَالَ لاَ . فَقَالَ « فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا » . قَالَ لاَ . قَالَ فَمَكَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – ، فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِىَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ – وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ – قَالَ « أَيْنَ السَّائِلُ » . فَقَالَ أَنَا . قَالَ « خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ » . فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَوَاللَّهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا – يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ – أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى ، فَضَحِكَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ « أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ »
“Suatu hari kami duduk-duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian datanglah seorang pria menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu pria tersebut mengatakan, “Wahai Rasulullah, celaka aku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang terjadi padamu?” Pria tadi lantas menjawab, “Aku telah menyetubuhi istri, padahal aku sedang puasa.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau memiliki seorang budak yang dapat engkau merdekakan?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Pria tadi menjawab, “Tidak”. Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah engkau dapat memberi makan kepada 60 orang miskin?” Pria tadi juga menjawab, “Tidak”. Abu Hurairah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas diam. Tatkala kami dalam kondisi demikian, ada yang memberi hadiah satu wadah kurma kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Di mana orang yang bertanya tadi?” Pria tersebut lantas menjawab, “Ya, aku.” Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Ambillah dan bersedakahlah dengannya.” Kemudian pria tadi mengatakan, “Apakah akan aku berikan kepada orang yang lebih miskin dariku, wahai Rasulullah? Demi Allah, tidak ada yang lebih miskin di ujung timur hingga ujung barat kota Madinah dari keluargaku. ” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tertawa sampai terlihat gigi taringnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Berilah makanan tersebut pada keluargamu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Perlu di ketahui, bahwa jima' yang wajib bagi yang melakukannya kafaroh ada beberapa syarat,
1. Jima' (beneran dukhul)
2. Siang hari
Kalau di lakukan di malam hari, maka tidak mengapa.
Allah Ta’ala berfirman,

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187).

3. Bulan Ramadhan
Jika dia puasa selain di bulan Ramadhan, baik puasa sunnah ataupun wajib (misal : nadzar), lalu jima dengan istrinya di siang hari maka tidak wajib kafarot
4. Sengaja
Jika lupa, maka tidak wajib kaffaroh.
5. Jima di Farj (baik Qubul Dubur)
6. Mukallaf (Aqil dan Baligh)
7. Sudah Tabyit Niat pada Malam hari
8. Konsekonsianya adalah dosa
Lalu timbul pertanyaan, apakah ada jima yang tidak dosa di siang hari bulan Ramadhan? Ada, yang pertama : tentu dengan istrinya sendiri, lalu dia dalam keadaan safar atau sakit. Terus melakukan jima' siang hari, maka dia tidak dosa dan tidak wajib kafarot, hanya saja kewajibannya mengqodo'. Karena orang yang safar dan sakit diberi keringanan untuk tidak berpuasa.
Kalau terpenuhi syarat 8 ini, maka wajib baginya membayar kaffarot salah satu dari hal berikut ini,
1. Membebaskan Budak
2. Puasa 60 hari berturut-turut
3. Memberi makan 60 orang miskin, setiap orang miskin 1 mud (1/4 Sho') = 3/4 kg (satu kilo kurang 1/4), dibayar dengan bahan pokok negaranya (Kalau di Indonesia beras). Dan para ulama mengatakan, harus dibagikan ke 60 orang miskin, dibagi satu satu, adapun jika dibagikan ke satu orang miskin, langsung dikasi 60 mud, maka tidak sah.
Konsekonsianya yang lain, selain membayar kafarot, adalah
1. Dosa
2. Batal Puasanya
3. Wajib Imsak (menahan pembatal puasa) di sisa waktu, sampai waktu magrib
4. Qodo'
5. Ta'zir dari pemimpin jika tidak bertaubat
Dan kafarot ini dilakukan secara berurutan, tidak boleh langsung ambil yang nomer tiga, jika nomer dua mampu. Adapaun jika sudah diurutkan dan tidak mampu pada nomer satu dan dua, maka boleh beralih di nomer 3.
Dan yang wajib membayar kafarot adalah pihak laki-laki, adapun perempuan tidak. Walaupun sama-sama mau . Inilah yang mu'tamad dalam madzhab syafii, konsekuensi bagi wanita, puasanya batal dan wajib qodo.
Lalu, jika tidak mampu membayar kafarot di semua pilihan, maka kewajiban itu tidak gugur, masih berada di dalam tanggungannya. Dan di bayar ketika sudah mampu.
ما يوجب القضاء و الإمساك
Yang diwajibkan Qodo dan Imsak
و يجب مع القضاء : الإمساك للصوم في ستة مواضع :
Ada 6 orang yang di wajibkan Qodo dan Imsak :
الأول : في رمضان لا في غيره على متعد بفطره
1. Bagi yang sengaja berbuka di siang hari Bulan Ramadhan, adapun jika sengaja buka puasa di bulan lain (semisal puasa sunnah atau wajib) maka tidak wajib imsak. Adapun jika puasanya wajib maka tetep harus qodo'
و الثاني : على تارك النية ليلا في الفرض
2. Bagi yang meninggalkan niat di malam hari di Puasa yang Wajib
والثالث : على من تسحر ظانا بقاء الليل فبان خلافه
3. Bagi yang Sahur mengira masih malam, ternyata sudah pagi
و الرابع : على من أفطر ظانا الغروب فبان خلافه
4. Bagi yang Berbuka Puasa mengira sudah magrib, ternyata masih sore
و الخامس : على من بان له يوم ثلاثين من شعبان أنه من رمضان
5. Bagi yang meyakini bahwa masih tanggal 30 sya'ban, ternyata sudah masuk 1 Ramadhan
و السادس : على من سبقه ماء المبالغة من مضمضة و استنشاق
6. Kemasukan Air akibat berlebihan dalam berkumur dan memasukkan air ke hidung
Untuk rincian lebih dalam, bisa di rujuk di kitab-kitab mutowal, adapun kita masih pemula, hanya di bahas intinya saja.

Wallahu A'lam

0 komentar:

Posting Komentar