HOME

Kamis, 12 Mei 2016

PERJALANANKU SAMPAI NEGERI MESIR #3





Oleh : Abu Yusuf  Akhmad Ja’far

(Mahasiswa Fakultas Syari’ah Islamiyah Univ. Al-Azhar, Kairo - Mesir)

  
Persiapan Ujian Test Masuk LIPIA
     Setelah seminggu berada di Ibukota dengan sejuta kenangan yang ada, seperti yang saya ceritakan di edisi sebelumnya. Dan kini yang harus saya fikirkan adalah bagaimana bisa lulus dalam seleksi ujian masuk LIPIA. Asalkan kalian semua tahu bahwa materi yang akan di ujikan di LIPIA, semuanya dengan menggunakan Bahasa Arab. Mengisi formulir aja dengan bahasa arab kok. Tapi ya sudahlah ! yang terpenting saat ini saya harus bisa menguasai materi-materi test itu, ujarku.
     Jujur saja, kemampuan berbahasa Arab saya masih sangat lemah kala itu, banyak kosa-kata yang belum  saya ketahui, maklumlah di SMK tidak ada pelajaran bahasa  arab. Saya masih belum bisa berbicara dengan bahasa arab, lalu bagaimana saya menjawab soal-soal yang akan diajukan kepada saya ? ujarku dalam hati.
     Hanya berbekal belajar di pondok yang hanya beberapa waktu, itupun tidak itensif. Saya tetap bertekat ingin menguasai Bahasa Arab, ingin menguasai bahasa Al-Qur’an dan Hadist, pandai ngomong dengan Bahasa Arab dll. Oleh karenanya saya tetap bertekat untuk belajar lebih dalam tentang Bahasa Arab.
    
Rasa iri tatkala mendengar Ust. Husni berbicara dengan Bahasa Arab sama temannya tatkala di kos , membuatku terobsesi untuk giat dalam belajar. Saya tidak tahu artinya apa yang beliau ucapkan sama temannya, saya hanya bisa mengangguk dan tersenyum, pura-pura tahu, padahal tidak tahu apa-apa.
     Sebelum saya pulang ke Pasuruan, saya dibekali kitab oleh seorang teman yang sedang belajar di LIPIA, kitab itu berbahsa arab, ada gambar-gambarnya gitu, dan saya bingung tidak bisa membacanya dan mengartikannya. Bagiku kosa-kata di dalamnya sangatlah asing di telingaku. Lagi-lagi harap maklum , bukan anak pondok asli.
     Meskipun saya tidak bisa membaca kitab itu, entah apa nama kitab itu. Saya tidak tahu. Saya sempat bingung, bagaimana belajarnya ya? Aduh kok ribet amat sih !! ujarku menyesal. Kenapa saya tidak belajar bahasa dari dulu, kan kalau belajar dari dulu bisa baca kitab itu. Entahlah, mungkin sekarang saatnya saya harus belajar serius.
     Sebelum saya mengorek-orek informasi tentang LIPIA, saya juga sempat mendownload contoh-contoh soal tahun-tahun sebelumnya. Jujur saja, yang bisa saya kerjakan hanya satu , dua soal tentang qowaid nahwiyah, karena saya pernah belajar sebelumnya. Dan untuk soal-soalnya yang lain saya tidak tahu, karena saya tidak tahu artinya. Terkadang saya merasa sedih tatkala ingat hal itu.
     Pada saat atrian pengambilan formulir, ada selebaran yang dibagi-bagi, entah selebaran apa, saya juga tidak faham. Eh, ternyata ada tulisan Try Out Ujian Masuk LIPIA. Ya sudah , brosur itu saya simpan. Dan setelah saya pulang, saya berunding sama teman saya, mau apa tidak ikut try out itu. Alhasil teman saya itu mau, siapa tahu ada tips-tips agar bisa lulus dalam ujian nanti. Kebetulan try out itu dilakukan di Jawa Timur, tepatnya di Pondok Pesantren Manarul Qur’an, Paciran, Kota Lamongan. Ternyata yang mengadakan acara itu adalah mahasiswa asal Jawa Timur yang belajar LIPIA, dan nama forumnya adalah FOSKI (Forum Silaturahmi dan Kajian Islam).
     Jarak antara kotaku dan kota Lamongan lumayan jauh, kurang lebih 5-6 jam perjalanan, dengan menggunakan bus antar kota. Kulangkahkan niatku untuk bisa mengetahui seluk beluk soal test yang akan di ujikan di Jakarta 3 bulan yang akan datang.
     Dari terminal Pasuruan menuju terminal Bungur Asih, Surabaya dan dilanjut ke terminal Osowilangun Gresik, lalu naik angkut menuju lokasi try out. Begitulah rangkaian perjalanan menuju lokasi yang tertera di brosur itu. Setelah 6 jam perjalanan , tibalah saya di Pondok Manarul Qur’an, pondok yang terletak di tepi Pantai Utara Jawa ini tampak kumuh tak berpenghuni, mengingat 10 hari kedepan saya akan menjalankan hari-hari ku mengikuti kegiatan yang sudah dirangkai sedemikian rupa oleh panitia. Apakah saya akan betah 10 hari disini ? ujarku dalam hati. Tiba-tiba ada suara yang seolah-olah berbisik meniup telingaku, Jalani saja kegiatan ini, toh kamu tidak akan lama tinggal disini, hanya 10 hari saja. Memang waktu yang ditentukan oleh panitia selama 10 hari.
     Awal masuk ke kawasan pondok, saya di sambut oleh seorang yang sedang memegang Al-Qur’an di tengannya, dengan sangat ramah khas jawa tengah. Dia menyapa saya. Dauroh ini tidak hanya di ikuti oleh orang-orang Jawa Timur saja, melainkan dari berbagai provinsi boleh ikut. Setelah kenalan dan segala macam, saya langsung masuk masuk ke kamar panitia untuk melakukan registrasi untuk keperluan selama daurah ini tentunya. Dengan biaya yang sangat terjangkau saya mampu untuk membayarnya.
     Sekitar 29 orang berkumpul dalam daurah itu, dari berbagai macam daerah, dan juga dari berbagai macam pondok pesantren. Ta’arufan antara satu dengan yang lainnya menjadi tema hangat sore itu, yang sedikit gerimis dan masing dalam naungan mendung.
     Waktu berjalan terus tanpa ada hentinya, materi demi materi di berikan oleh kakak-kakak pembimbing, wawasan baru banyak saya dapati disitu. Jujur saja, saya di antara peserta daurah yang terbelakang dalam masalah Bahasa Arab dengan keluguan dan kepolosan saya.
     Melihat kawan-kawan yang sangat aktif dalam berbahasa Arab, menyurutkan nyaliku untuk mengikuti test di Jakarta 3 bulan mendatang . Bagaimana saya bisa bersaing, terkadang saat itu saya merasa sadar bahwa perjalananku sangat singkat kalau ingin mempelajari Bahasa Arab secara keseluruhan dalam waktu 10 hari. Karena belajar Bahasa Arab butuh kesabaran dan ketekunan.
     Berkali-kali ujian yang saya lalui dalam daurah itu, saya mendapatkan nilai yang sangat buruk dan buruk. Memang segitu kemampuanku, ujarku dalam keheningan. 
     Rupa-rupanya, dengan hasil nilai try out saya , sudah tergambar hasil test saya nanti. Entahlah, apapun hasilnya nanti saya akan terima dengan lapang dada dan saya akan tetap berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
     Ditengah kesibukan daurah, saya dan kawan-kawan lainnya melakukan aktivitas di luar pondok, berjalan-jalan menelusuri pinggiran pantai menuju lokasi wisata WBL. Salah satu lokasi wisata yang sangat terkenal di Lamongan. Meskipun hanya olah raga di depan pintu masuk WBL, sudah membuat erat tali persaudaraan kami. Memang niat kami tidak masuk ke wahana yang ada di dalamnya, melainkan hanya berolahraga pagi dengan menimati hawa pantai.
     Penutupan daurah akan segera di dilaksanakan, ada hal yang yang membuat saya kaget yaitu untuk setiap peserta harus menyampaikan khutbah dalam bahasa Arab. Ketika itu saya bingung, ngomong aja belum bisa, apalagi khutbah !!! ujarku dalam hati.
     Mau tidak mau, saya harus tetap maju. Saya memang dikenal sebagai orang yang humoris dan mudah bergaul, jadi bagi saya untuk akrab sama seseorang itu hanya butuh waktu singkat. Jadi giliran saya yang paling ditunggu sama kawan-kawan disitu, saya “PD” saja meskipun itu banyak salahnya, karena hal ini merupakan awal dari langkahku menuju kesuksesan.
     Daurah telah berakhir, penghargaan bagi peraih nilai tertinggi diberikan kepada yang berhak meraihnya. Saatnya berpisah dengan kawan-kawan seperjuangan selama 10 hari, dan akan berjumpa 3 bulan kedepan di Jakarta.
     Sebelum saya pulang ke Pasuruan, saya sempatkan mampir ke rumah temanku yang mondok di Pasuruan. Kebetulan saja, rumahnya tidak terlalu jauh dengan lokasi pondok. Fajar nama temenku itu, Dia mempunyai kemauan yang tinggi untuk belajar islam, akan tetapi dia mempunyai tanggungan keluarga yang harus di nafkahi, karena keinginnanya yang kuat untuk belajar Islam, Allah beri dia kemudahan rezeki dan waktu luang. Sehari semalam saya menginap di tempat dia, kesederahaan kelurganya membuatku sangat kagum dengannya. Semoga Allah selalu menajaga dia dan keluargnya.
     Tibalah saat untuk pulang, menyambut bulan Ramadhan yang indah bagai rembulan di langit biru.
     Berbagai aktivitas saya lakukan di bulan Ramadhan, di antaranya belajar nahwu kepada salah seorang ustad di Pondok As-Sunnah setelah sholat subhuh. Hanya beberapa pertemuan, saya tidak mampu lagi untuk istiqomah setiap hari bolak-balik , antara rumah dan pondok. Karena memang membutuhkan tenaga yang cukup dan iman yang bermental baja.
     Ramadhan telah berlalu, itu menandakan bahwa Ujian Test Masuk LIPIA semakin dekat, berbagai persiapan telah aku siapkan, seperti tiket kereta, bekal makanan, baju-baju dan lain-lainnya.
     Saya sudah bertekat untuk tidak pulang ke Pasuruan lagi selama beberapa waktu, mekipun saya tidak di terima di LIPIA. Oleh karenanya saya harus mempunyai opsi lain sebagai tempat labuhku dalam menekuni Bahasa Arab.
     Berbagai informasi saya gali, baik dari media maya ataupun dari mulut ke mulut. Muncul lah salah seorang alumni pondok As-Sunnah yang memberikan ku masukan dan opsi lain, apabila saya tidak di terima di LIPIA. Beliau adalah Mas Doni, seorang yang sedderhana, lembut dan berprinsip. Dia memberikanku arahan, karena dia cukup berpengalaman dalam bidang ini. Diantara opsi lain selain LIPIA adalah LSIA, ya LSIA. Mas Doni merupakan alumni LSIA, meskipun belum sempat menyelesaikan studinya sampai 1 tahun.
     Dia sangat kenal denga mudir LSIA, dan dia memberikanku nomor mudir tersebut. Saat nomor mudir LSIA sudah ku dapat, saya beranikan diri untuk menghubungi beliau, agar nasib saya jelas tatkala di perantauan nanti. Sistem belajar di LSIA mengadopsi dari LIPIA, mulai dari muqorrar dan pengantar belajarnya menggunakan Bahasa Arab. Semakin mantab dalam hatiku. Setidaknya sudah tergambar , andaikata saya tidak di terima di LIPIA, maka saya akan belajar di LSIA.
     LSIA waktu itu terletak di daerah Pondok Gede di Bekasi, jadi tidak terlalu jauh dari Jakarta. Info yang saya dapat bahwa waktu belajar di LSIA hanya satu tahun, setingkat D1. Oleh karenaya ku serahkan semua kepada Allah, apapun hasilnya aku tidak akan dulu.  
     Ke Jakarta untuk yang kedua kalinya, untuk mengikuti ujian test LIPIA, menelurusi lebih dalam lagi Ibukota Negara ini.
     Bagaimana hasil test saya nanti?
     Apakah saya di terima di LIPIA ?
     Bersambung..............

0 komentar:

Posting Komentar