HOME

Minggu, 09 April 2017

PENGANTAR BELAJAR ILMU AQIDAH


Oleh Abu Yusuf Akhmad Ja’far

Muqoddimah

الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَ يَرْضَى ، وَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَآيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَ لَا تَمُوْتُوْنَ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَ إِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ تَعَالَى ، وَ خيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ، وَ شَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتِهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَاتِ بِدْعَةٍ وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٍ
أمَّا بَعْدُ ،
Segala pujia bagi Allah atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita, namun tidak banyak nikmat yang diberikan olehNya kita manfaatkan untuk kebaikan dan ketaatan. Patut bagi kita untuk selalu intropeksi diri setiap langkah yang kita lalui dalam kehidupan dunia ini.

MENGENAL ILMU AQIDAH DAN MANFAAT MEMPELAJARINYA

Salah satu pokok ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim adalah ilmu Aqidah (keyakinan), karenanya itu harus benar-benar yakin, bisa juga disebut dengan ilmu Ushul (pokok) dalam hal keyakinan. Ilmu Aqidah adalah Asas Agama, oleh karenanya tidaklah diterima Ibadah seseorang kecuali harus mengimani Aqidah yang benar.

Sebelum kita mendalam lebih jauh, kita ketahui dulu, apa itu Aqidah? Biasakan sebelum berbicara sesuatu, pahami dulu makna dari sesuatu itu agar kita tidak salah faham dengannya yang akhirnya salah dalam menyimpulkan sebuah perkara.

Secara bahasa, Aqidah berasal dari timbangan kata Fa’ilah bermakna Maf’ulah, diambil dari kata (العَقْدُ) yang berarti mengikat sesuatu dengan kuat.[1] Maka sesuatu itu tidak dikatakan aqidah yang benar, apabila menyelisihi kenyataan yang ada.
 Contoh : Aqidah Nasrani (Bahwa Yesus itu Nabi Isa), yang seperti ini tidak dikatakan sebagai Aqidah, karena pada kenyataannya bukan demikian.

Keyakinan umat Islam bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam itu masih hidup dan akan turun pada akhir zaman untuk membunuh Dajjal, menghancurkan salib-salib, dll. Hal ini terdapat dalil-dalil yang kuat, baik dari Al-Qur’an dan Sunnah (Hadist).

Apabila sesuatu itu benar adanya, sesuai dengan kenyataan dan bukti nyata maka itulah Aqidah.
Contoh: kita berkeyakinan bahwa Allah itu Esa (satu), kepada-Nya kita meminta segala sesuatu, Maha Suci dari segala tandingan dan penyerupaan (seperti makhluk) dan tidak mempunyai anak. Ini adalah Aqidah yang benar, karena sesuai dengan kenyataan yang ada sebagaimana Allah Ta’ala jelaskan di dalam QS. Al-Ikhlas :1-4.

Sedangkan secara istilah, para ulama mendefinisikan berbagai macam definisi, akan tetapi yang mencakup semua yaitu definisi dari Nabi salallahu ‘alaihissalam tatkala ditanya oleh Malaikat Jibril tentang Iman, beliau menjawab :
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ، وَمَلَائِكَتِهِ، وَ كُتُبِهِ، وَ رُسُلِهِ، وَ اليَوْمِ الآخِرِ، وَ تُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. (رواه مسلم)
"Beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab, Para Rasul-nya, Hari Akhir, dan Qodo' dan Qadar (yang baik dan buruk). (HR. Muslim no.8 terletak di kitab Al-Iman)
Jadi Salah satu bab dalam Aqidah adalah rukun Iman yang 6 sebagaimana hadist diatas itu.
Barangsiapa yang tidak beriman dengan hal yang diatas maka dia keluar dari Islam (Dengan syarat, Dia sengaja meremehkan dan sudah diberi peringatan oleh Ulama' tapi menolaknya).

* Faidah belajar Ilmu 'Aqidah *:

-Seorang hamba bisa berkeyakinan dengan benar, baik itu keyakinan tentang Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Akhir dan Takdir (baik dan buruk).

- Memperkuat Rukun Iman dengan Perbuatan.
contoh :
.       Apabila kita beriman bahwa Allah itu Maha Mendengar, maka kita tidak akan mendengar perkataan yang tidak di ridhoi oleh-Nya.
b   .      Apabila kita beriman bahwa Allah itu Maha Melihat, maka kita tidak akan melakukan perbuatan yang bisa mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala.

- Memperkuat Rukun Iman, dengan amalan hati
contoh :
a   .       Apabila kita beriman bahwa Allah itu Maha Pemberi Rizki, maka kita tidak akan takut/khawatir kepada seorangpun untuk mengambil/mengurangi rezeki kita (karena manusia tidak bisa mengurangi rezeki seseorang, karena rezeki itu sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala).
b   .      Apabila kita beriman bahwa Allah itu Maha Menghidupkan dan Mematikan, maka kita tidak akan pernah takut dari seorangpun yang akan mengurangi umur kita (karena umur kita itu sudah ditetapkan oleh Allah Ta’ala, tidak ada hak bagi manusia untuk ikut campur dalam masalah umur).

- Mengenal Allah dengan Nama dan SifatNya yang mengandung makna-makna yang indah nan agung.

- Dapat mengikuti ahlu Iman yaitu para Salafus Shaleh dari kalangan sahabat dan tabi’in serta siapa saja yang meniti jalan mereka.

- Dapat menjauhi para Ahlu Bid’ah dan bid’ah-bid’ah yang dilakukannya, karena jika seseorang yang mengetahui Aqidah yang benar maka otomatis dia akan mengetahui lawan dari aqidah yang benar itu sehingga bisa menjauhinya, baik itu pelakunya ataupun perbuatan bid’ahnya.

- Meraih kebahagiaan dunia akhirat. Kebahagiaan yang hakiki adalah ketika kebahagiaan itu sejalan dengan Aqidah (keyakinan) yang benar, keimanan kepada Allah Ta’ala, malaikatNya, Kitab-kitabNya, RasulNya, Hari Akhir dan Taqdir yang baik maupun buruk. Allah Ta’ala berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl : 97)
Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala kepada siapa saja yang beramal shalih (Amal yang mengikuti tuntunan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi salallahu ‘alaihissalam) baik itu laki-laki maupun perempuan dari keturunan Bani Adam, dan hatinya beriman kepada Allah dan RasulNya. Dan hal inilah yang membuat keharusan di sisi Allah untuk diberikan kehidupan yang baik di dunia serta balasan yang terbaik di akhirat kelak, setara dengan apa yang diperbuatnya tatkala di dunia.
وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik” (QS. Al-Isra’ : 19)

*Nama lain dari Ilmu 'Aqidah yang terpuji* :
- Iman
-Sunnah
-Tauhid
-Ushulud Diin
-Asy-Syari'ah
-Al-Fiqh Al-Akbar

Sedangkan Nama lain yang tercela :
- Falsafah
-Ilmu Kalam

*      *Keutamaan Ilmu Aqidah* :

    1.      Suatu kewajiban yang pertama bagi mukallaf (orang yang dibebani syari’at). Hal ini sebagaimana hadist Nabi salallahu ‘alaihissalam tatkala mengutus Muadz bin Jabal ke Negeri Yaman. Beliau bersabda :
إِنَّكَ تَقْدُمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ  أَهْلِ الكِتَابِ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوْا اللهَ تَعَالَى ، فَإِذَا عَرَفُوْا ذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَ لَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا صَلُّوْا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زكَاَةً فِيْ أَمْوَالِهِمْ، تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتَرُدُّهُمْ عَلَى فَقِيْرِهِمْ
“Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab, maka langkah awal yang harus engkau dakwahkan adalah mentauhididkan Allah Ta’ala, kalau mereka sudah mengetahui (meyakini) hal itu maka kabarkanlah bahwa Allah telah mewajibkan Shalat 5 waktu dalam sehari semalam, kalau mereka sudah paham tentang sholat, maka kabarkanlah bahwa Allah telah mewajibkan zakat yang diambil dari orang kaya kemudian diberikan kepada orang fakir miskin” (HR. Bukhari no.1458 dan Muslim no.31)

     2.      Merupakan syarat diterimanya Ibadah, karena Ibadah hanya diterima dari orang yang beriman.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.(QS. Az-Zumar : 65) Ayat ini turun untuk semua umat manusia.
Nabi Muhammad salallahu ‘alaihissalam bersabda :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ
Dari Jabir bin Abdullah ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka dia masuk surga, dan barang siapa yang bertemu dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka ia akan masuk neraka.”   (HR. Muslim No.93)
Beliau juga bersabda :

وعن ابن مسعود رضي الله عنه ؛ أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدَّا ؛ دَخَلَ النَّارَ . رواه البخاري
Dari ibnu Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah salallahu alaihi wasalam bersabda: “ Barang siapa mati dalam keadaan masih berdoa’ kepada selain Allah untuk mensekutukan-Nya maka ia masuk Neraka”( HR. Bukhori No. 4497)

     3.      Pokok dakwah para Nabi dan Rasul
     Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللَّهَ وَاجْتَنِبُواْ الْطَّـغُوتَ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَـالَةُ فَسِيرُواْ فِى الاٌّرْضِ فَانظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عَـقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ.
    
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl :36)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak)melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiya’ : 25)
وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَٰنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ
Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?"(QS.Az-Zukhruf : 45)
۞ شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰ ۖ أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ ۚ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (QS. Asy-Syuro : 13)
Nabi salallahu ‘alaihissalam bersabda :
الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى ، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
 “…Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR. Bukhari no. 3443)
Ayat dan hadist diatas menunjukkan kepada kita bahwa Para Nabi dan Rasul itu asas dakwahnya sama yaitu Tauhid (penyeruan ibadah hanya kepada Allah saja) meskipun berbeda syari’atnya (tata cara ibadahnya). Terkadang hukum pada syari’at Nabi fulan berbeda dengan hukum pada syariat Nabi alan begitulah seterusnya.
      4.      Tujuan diciptakannya jin dan manusia
      Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَ الإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنَ
“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah ”(QS. Adz-Dzariyat : 56).

*      Hukum mempelajari Ilmu Aqidah
    1.      Fardhu ‘Ain : wajib bagi semua mukallaf untuk belajar Aqidah secara ijmal (garis besarnya), Misal : tentang rukun Iman, Islam dan lain-lain.
  2.      Fardhu Kifayah : adapun mempelajari secara tafsil (terperinci) maka hukumnya fardhu kifayah, kalau ada satu orang yang melakukannya maka gugur kewajiban yang lain. Misal : pedalaman dalil-dalil tentang aqidah, meneliti perkataan para imam tentang masalah Aqidah dll.[2]

Oleh karenanya pada kesempatan kali ini, kita akan mengkaji dan memaparkan kitab Aqidah yang dikarang oleh salah satu mujaddid Islam pada zamannya, yaitu kitab Al-Qowa’id Al-Arba’ oleh Syaikh 'Allahmah Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi An-Najdi rahimahullah.




   [1]  Lihat Lisanul Arab oleh Ibnu Mandzur
         [2] Lihat kitab Al-Kalimat As-Sadidah Syarh Al-Bidayah fii Al-‘Aqidah hal. 55-65 oleh Syaikh Kholid Mahmud Al-Juhany (dengan tambahan dan pengurangan)

0 komentar:

Posting Komentar