Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far
Muqoddimah
الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ ، كَمَا
يُحِبُّ رَبُّنَا وَ يَرْضَى ، وَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ
قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَآيُّهَا الذِّيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا
اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَ لَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَ إِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ تَعَالَى ، وَ خيْرَ
الهَدْيِ هَدْيُ النَّبِيِّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ، وَ شَرَّ
الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَاتِ بِدْعَةٍ وَ كُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٍ
أمَّا بَعْدُ ،
Segala
pujia bagi Allah atas limpahan rahmat dan nikmat-Nya. Betapa banyak nikmat yang
Allah berikan kepada kita, namun tidak banyak nikmat yang diberikan olehNya
kita manfaatkan untuk kebaikan dan ketaatan. Patut bagi kita untuk selalu
intropeksi diri setiap langkah yang kita lalui dalam kehidupan dunia ini.
نواقض الإسلام
NAWAQIDUL ISLAM
(PEMBATAL-PEMBATAL KEISLAMAN)
Makna
( نَوَاقِضُ )Nawaaqid adalah
bentuk jamak dari (نَاقِضٌ)
Naaqid artinya (المُبْطِلُ) pembatal. Kalau di
dalam kamus Lisanul Arab oleh Ibnu Mundzir, makna النَّقْضُ yaitu merusak
sesuatu ikatan atau bangunan yang sudah tertata.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا تَنْقُضُوا
الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا
“…Dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya”(QS. An-Nahl : 91).
Allah
Ta’ala juga berfirman :
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ
بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ
بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا
“Dan janganlah kamu seperti seorang
perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi
cerai berai kembali…”
(QS.
An-Nahl : 92)
: الاستسلام لله بالتوحيد و الانقياد له بالطاعة و البراءة من
الشرك و أهله
الإسلام
Makna
: Islam yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan Tauhid
(Meng-EsakanNya), bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan berlepas diri dari
segal bentuk kesyirikan dan pelakunya (pentolannya).
Penjelasan
:
الاستسلام لله بالتوحيد
Makna
: Memenuhi semua kemauan Allah dengan MentauhidkanNya, yaitu Meng-Esakan Allah pada
Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya (Peribadatan kepada-Nya) dan Asma’ wa Sifat-Nya.
Allah
Ta’ala berfirman :
وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ
مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu,
dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian
kamu tidak dapat ditolong (lagi).”(QS. Az-Zumar : 54)
Allah
Ta’ala berfirman :
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ
لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَاتَّخَذَ
اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
“Dan siapakah yang lebih baik
agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang
diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan
Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.”(QS. An-Nisaa’ : 125)
Ibnu Katsir berkata mengenai ayat
ini : “ (Siapa yang) Mengikhlasan Amal kepada Rabb-Nya Ta’ala, beramal
dengan keimanan dan mengharap pahala maka dialah orang Muhsin, yaitu
orang yang beramal mengikuti apa-apa yang telah disyariatkan Allah dan
mengikuti apa yang datang dari Rasulullah berupa petunjuk dan agama yang benar.
Ini
merupakan dua syarat, yang mana tidak dierima suatu amal tanpa salah satu
diantara keduanya yaitu Ikhlas dan Benar. Dan ikhlas itu untuk
Allah sedangkan benar itu harus sesuai dengan syari’at (Petunjuk Nabi Salallahu
Alaihissalam).[1]
Penjelasan
و الانقياد له بالطاعة
Makna
: Memenuhi semua keinginan Allah dengan ketaatan. Makna ketaatan yaitu sesuatu
yang sesuai dengan perintah secara rela dalam menjalankannya.
Allah
Ta’ala berfirman :
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ ۖ فَإِنْ تَوَلَّوْا
فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ
“Katakanlah: "Taatilah Allah
dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir".(QS.
Al-Imran : 32)
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ
تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. Al-Imran : 63)
و البراءة من الشرك و أهله
Penjelasan
Makna
: Menjauhi orang-orang musyrik dan kesyirikannya.
Allah
Ta’ala berfirman :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri
tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia;
ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri
daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari
(kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian
buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja…”(QS. Al-Mumtahanah : 4)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي
وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia” (QS. Al-Mumtahanah : 1)
Faidah
:
Islam
yang kaffah itu harus terpenuhi 3 aspek :
1.
berserah diri sepenuhnya kepada Allah dengan
Tauhid (Meng-EsakanNya)
2.
Bersungguh-sungguh dalam ketaatan
3.
Dan berlepas diri dari segal bentuk
kesyirikan dan pelakunya (pentolannya)
Maksud
dari Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab membuat judul di atas (Nawaqidul Islam),
bahwasannya seorang hamba yang muslim terkadang menimpa (melakukan) sesuatu
dari pembatal-pembatal keislaman yang bias mengeluarkan dirinya dari Agama
Islam. Oleh karenanya para Ulama’ dari zaman dahulu hingga kini sangat
memperhatikan (sangat peduli) untuk mengumpulkan pembatal-pembatal keislaman.
Ada sebagian para Ulama’ yang memasukkan bab Riddah (murtad) ke dalam
bab-bab fiqh, ada juga yang membuat kitab tersendiri yang membahas masalah Riddah.
*Murtad
itu bisa terjadi dengan beberapa macam cara :*
1.
Dengan perbuatan
Seperti memalingkan ibadah kepada
selain Allah, misal : bersujud kepada selain Allah, menyembelih kepada selain
Allah dll.
2.
Perkataan
Seperti mencela Allah, baik itu
bercanda atau memang benar-benar mencela, atau mempermainkan Allah (menjadi bahan candaan -Na’udzubillah min
dzalik-) begitu juga mempermainkan ayatNya, kitabNya dan para rasul-Nya.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ
وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ(65) لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ
بَعْدَ إِيمَانِكُمْ ۚ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً
بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
“Dan
jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu),
tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau
dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" (64) Tidak usah
kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan
kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)
disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah
65-66)
3.
Keyakinan
Seperti menyelisihi ijma’ dengan
menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau sebaliknya, seperti orang yang
berkeyakinan bahwa zina halal atau meyakini bahwa shalat 5 waktu itu tidak
wajib dll.
4.
Keragu-raguan
Seperti ragu dengan adanya Allah,
atau ragu dengan kenabian Nabi Muhammad salallahu ‘alaihissalam. Allah
Ta’ala berfirman :
۞ قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي
اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ
“Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan
terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi? …”(QS. Ibrahim : 10)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka
tidak ragu-ragu…” (QS. Al-Hujarat : 15).
Inilah penjelasan dari judul yang di tulis oleh Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab. Kemudian beliau menyebutkan di dalam kitabnya bahwa
pembatal-pembatal keislam itu ada 10, tentunya ini bukan pembatasan tapi hanya
sebagian saja. Bahkan para Ulama ada yang mengumpulkan bahwa pembatal keislaman
itu ada 400 permasalahan. Hal ini disebutkan oleh Syaikh Shaleh Fauzan dalam Syarh
Nawaaqidul Islam beliau. Berikut ini kita akan bahas secara rinci 10
pembatal-pembatal keislaman seseorang.
PEMBATAL ISLAM - 1
SYIRIK
1.
Menyekutukan Allah (syirik).
Yaitu menjadikan sekutu atau menjadikannya sebagai perantara antara dirinya dengan Allah. Misalnya berdo’a, memohon syafa’at, bertawakkal, beristighatsah, bernadzar, menyembelih yang ditujukan kepada selain Allah, seperti menyembelih untuk jin atau untuk penghuni kubur, dengan keyakinan bahwa para sesembahan selain Allah itu dapat menolak bahaya atau dapat mendatangkan manfaat.
*Dalil-dalil
tentang besarnya dosa syirik dan tidak ada ampunan untuknya*
Allah
Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya…” (An-Nisaa’: 48)
Dan
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ
الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“…
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti
Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya adalah Neraka, tidaklah ada
bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” (Al-Maaidah : 72)
اجْتَنِبُواالسَّبْعَ
الْمُوْ بِقَاتِ اَلشِّرْكُ بِاللهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِىْ
حَرَّمَ اللهُ اِلاَّ بِالْحَقِّ وَاٰكِلُ الرِّبَا وَاٰكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ
وَالتَّوَ لِّى يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْ فَ الْمُحْصَنَا تِ الْغَا فِلاَ تِ
الْمُؤْ مِنَا تِ.
Hadits
Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu dari Nabi salallahu ‘alaihissalam Bahwasannya beliau bersabda: “
Jauhilah tujuh macam dosa yang membinasakan.”Para sahabat bertanya: ”Wahai
Rasulullah, apakah ketujuh macam dosa itu?” Beliau menjawab: “Mempersekutukan
Allah, sihir, membunuh jiwa (manusia) yang diharamkan oleh Allah kecuali
dengan hak, makan riba, makan harta anak yatim, lari pada saat pertempuran
(dalam jihad) dan menuduh (berbuat zina) kepada wanita-wanita yang selalu
menjaga diri, mukminat dan tidak pernah berfikir (untuk berzina).” (HR.
Bukhari dan Muslim)
عنْ
أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه
وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي
وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ
آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي
غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ
خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا
مَغْفِرَةً
“Dari Anas radiyallahu ‘anhu dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Salallahu
‘alaihissalam bersabda: Allah Ta’ala berfirman: “Wahai anak Adam,
sesungguhnya Engkau berdoa kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka akan aku
ampuni engkau, Aku tidak peduli (berapapun banyaknya dan besarnya dosamu).
Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu (sebanyak awan di langit kemudian engkau
minta ampun kepadaku niscaya akan Aku ampuni engkau. Wahai anak Adam
sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian
engkau menemuiku dengan tidak menyekutukan Aku sedikitpun maka akan aku temui
engkau dengan sepenuh itu pula ampunan.” (HR.
Tirmidzi)
*MACAM-MACAM SYIRIK*
Dilihat dari besarnya dosa, syirik terbagi dua, yaitu akbar
(besar) dan ash-ghar (kecil).
1.
Syirik akbar menggugurkan seluruh amal dan menyebabkan kekal di
dalam neraka. Contoh syirik akbar seperti: Syirik doa, yaitu berdoa kepada
orang yang telah mati, patung, pohon, batu, atau lainnya. Contoh lainnya adalah
syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah di dalam maksiat, yaitu menghalalkan
apa yang Allâh haramkan, atau mengharamkan apa yang Allâh halalkan.
2.
Syirik ash-ghar tidak menggugurkan seluruh amal, tetapi juga
berbahaya. Di antara contohnya adalah riya`, ucapan “masya Allah wa syi’ta”
(apa yang Allah kehendaki dan engkau kehendaki), bersumpah dengan menyebut
selain nama (sifat) Allah, dan lainnya. Tapi perkara ini jika dilakukan terus
menerus maka akan menjadi syirik besar. Oleh karenya jangan pernah
meremehkannya.
Dilihat dari pembagian tauhid, syirik terbagi 3, yaitu :
1.
Syirik di dalam Rububiyah Allah
Seperti berkeyakinan bahwa ada yang dapat mengatur alam
ini selain Allah Ta’ala.
2.
Syirik dalam Uluhiyah Allah
Memalingkan ibadah kepada selain Allah (Dan ini yang
sangat banyak terjadi di masyarakat umumnya )
3.
Syirik dalam Asma’ wa Sifat Allah
Seperti menyamakan Allah dengan makhluknya atau
meniadakan (tidak mengakui) sifat-sifat Allah.
Imam Adz-Dzahabi rahimahullah meletakkan Syirik di nomer pertama
di kitabnya “Al-Kabaair” (Tentang Dosa-dosa besar). Menunjukkan bahwa
dosa paling besar di muka bumi ini adalah kesyirikan.
Imam Adz-Dzahabi berkata : Barangsiapa yang berbuat syirik kepada
Allah lalu meninggal dunia maka dia termasuk Ahli Neraka (selamanya).[2]
Semoga Allah Ta’ala melindungi kita dari berbuat syirik kepadaNya,
baik itu syirik kecil atau besar. Aamiin.
0 komentar:
Posting Komentar