Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far
Aku
bukan seorang seperti Ahmad Syauqi (Amir Syu'ara') yang bisa mengarang
bait-bait Syair yang indah untuk menaklukkan hati seseorang.
Aku
juga bukan seorang seperti Abu Al-Qohir Al-Jurjani yang bisa menemukan
kaidah-kaidah balaghoh nan indah di pelajari, sehingga Ilmu Balaghoh di
abadikan sampai saat ini, serta dipelajari.
Aku
juga bukan seperti Abu Al-Aswad Ad-Dualy yang bisa menemukan kaidah-kaidah ilmu
nahwu yang mana sampai saat ini, Ilmu Nahwu di abadikan untuk dipelajari.
Aku
Juga bukan seperti Al-Imam As-Syafi'i yang mana dengan ketekunan dan kejeniusan
beliau tercipta suatu bidang ilmu, yaitu Ilmu Ushul Fiqh. Yang sampai detik ini
terus dipelajari.
Aku
juga bukan seperti Imam An-Nawawi yang mahir dalam menyusun kitab
berjilid-jilid, Lihat Syarh Imam Muslim, Lihat juga kitab Al-Majmu' Syarh
Al-Muhadzab, dan Riyadus Sholihin, yang sampai saat ini kitab beliau bermanfaat
dan dipelajari di masjid-masjid. Itu sebuah karya fenomenalnya.
Aku
juga bukan seperti Al-Imam Bukhari yang sekali dengar hadist langsung susah
untuk lupa, dan saat di test mengenai hafalannya tidak diragukan lagi, lewat
depan atau belakang beliau sanggup menjawabnya. Sampai-sampai apabila beliau
duduk di Majlis seorang Guru, maka guru tersebut gumetar, saking takutnya
dengan hafalan Imam Bukhari yang sangat kuat. Terbitlah dari tangan emas beliau
suatu kitab yang menjadi rujukan, bahkan ada yang mengatakan kitab tersebut
adalah kitab paling Shohih setelah Al-Qur'an, yaitu kitab Shahih Bukhari.
Aku
juga bukan seperti Imam Ahmad yang mana beliau adalah Imam Ahlussunnah, bahkan
rela dibunuh hanya mempertahankan kalimat bahwa Al-Quran bukan makhluk, maka
lihat karyanya : Musnad Imam Ahmad bin Hambal yang berjilid-jilid adanya.
Aku
juga bukan seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang tangguh dalam
mempertahankan Aqidah Ahlussunnah wal Jam'ah, yang mana beliau begitu gigih
dalam membela sunnah Nabi, membantah Ahlul Bid'ah, meskipun konsekuensinya
harus keluar masuk penjara. Dan terbit dari buah pikiran-pikiran beliau yang
sangat cerdas berbagai kitab, diantaranya kitab Fatawa, Aqidah Washitiyah dll.
Aku
juga bukan seperti Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah , yang mampu menulis kitab
dalam safar beliau, buah dari tulisan itu adalah Zaadul Ma'ad fi Hadyi Khoirul
'Ibad. Dan karya yang sangat banyak lagi seperti I'lamul Muwaqi'in, Ighosatul
Lahfan, Ad-Daa' waa Dawaa' dll.
Sunggu
banyak para Ulama' yang lebih dari mereka semua, karena keterbatasan tempat
tidak bisa disebutin semua.
Lantas
apakah kita bisa bangga dengan pencapaian kita saat ini? Dengan hanya membawa
modal nama kampus, kuliah di luar Negeri, hanya untuk keren-kerenan. Dan
Ilmunya NOL, Amalnya juga NOL.
Apalagi
males dateng ke majlis Ulama' atau para Ustad yang mumpuni Ilmunya, bahkan
hanya mengandalkan You Tube, lalu debat di media Sosial tanpa Ilmu, hanya
mengutip perkataan ustad Fulan begini ustad Fulan begitu. Itu adalah fitnah
yang bisa mematikan hati, merasa paling benar dari yang lain, semua orang salah
kecuali saya. Allhu Musta'an.
Sungguh
jauh kita dibandingkan dengan Ulama'-Ulama' dulu.
Semoga
kita tetap sadar dengan keadaan kita saat ini, sehingga bisa berbenah diri
untuk lebih baik, paling tidak tetap terus belajar, serta menunduk dan tidak
congkak setelah mengetahui suatu ilmu.
Ilmu
bukan untuk berbangga-bangga dihadapan orang, bukan untuk mendebat kawan maupun
lawan, Akan tetapi Ilmu itu untuk kita amalkan sehingga kita semakin takut
kepada Allah.
إنما يخشى الله من عباده العلماء
نسأل الله العافية...
26 Oktober 2016
0 komentar:
Posting Komentar