HOME

Rabu, 21 Desember 2016

Mununduklah




Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja'far

Aku bukan seorang seperti Ahmad Syauqi (Amir Syu'ara') yang bisa mengarang bait-bait Syair yang indah untuk menaklukkan hati seseorang.

Aku juga bukan seorang seperti Abu Al-Qohir Al-Jurjani yang bisa menemukan kaidah-kaidah balaghoh nan indah di pelajari, sehingga Ilmu Balaghoh di abadikan sampai saat ini, serta dipelajari.

Aku juga bukan seperti Abu Al-Aswad Ad-Dualy yang bisa menemukan kaidah-kaidah ilmu nahwu yang mana sampai saat ini, Ilmu Nahwu di abadikan untuk dipelajari.

Aku Juga bukan seperti Al-Imam As-Syafi'i yang mana dengan ketekunan dan kejeniusan beliau tercipta suatu bidang ilmu, yaitu Ilmu Ushul Fiqh. Yang sampai detik ini terus dipelajari.

Aku juga bukan seperti Imam An-Nawawi yang mahir dalam menyusun kitab berjilid-jilid, Lihat Syarh Imam Muslim, Lihat juga kitab Al-Majmu' Syarh Al-Muhadzab, dan Riyadus Sholihin, yang sampai saat ini kitab beliau bermanfaat dan dipelajari di masjid-masjid. Itu sebuah karya fenomenalnya.

Aku juga bukan seperti Al-Imam Bukhari yang sekali dengar hadist langsung susah untuk lupa, dan saat di test mengenai hafalannya tidak diragukan lagi, lewat depan atau belakang beliau sanggup menjawabnya. Sampai-sampai apabila beliau duduk di Majlis seorang Guru, maka guru tersebut gumetar, saking takutnya dengan hafalan Imam Bukhari yang sangat kuat. Terbitlah dari tangan emas beliau suatu kitab yang menjadi rujukan, bahkan ada yang mengatakan kitab tersebut adalah kitab paling Shohih setelah Al-Qur'an, yaitu kitab Shahih Bukhari.

Aku juga bukan seperti Imam Ahmad yang mana beliau adalah Imam Ahlussunnah, bahkan rela dibunuh hanya mempertahankan kalimat bahwa Al-Quran bukan makhluk, maka lihat karyanya : Musnad Imam Ahmad bin Hambal yang berjilid-jilid adanya.

Aku juga bukan seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah yang tangguh dalam mempertahankan Aqidah Ahlussunnah wal Jam'ah, yang mana beliau begitu gigih dalam membela sunnah Nabi, membantah Ahlul Bid'ah, meskipun konsekuensinya harus keluar masuk penjara. Dan terbit dari buah pikiran-pikiran beliau yang sangat cerdas berbagai kitab, diantaranya kitab Fatawa, Aqidah Washitiyah dll.

Aku juga bukan seperti Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyah , yang mampu menulis kitab dalam safar beliau, buah dari tulisan itu adalah Zaadul Ma'ad fi Hadyi Khoirul 'Ibad. Dan karya yang sangat banyak lagi seperti I'lamul Muwaqi'in, Ighosatul Lahfan, Ad-Daa' waa Dawaa' dll.

Sunggu banyak para Ulama' yang lebih dari mereka semua, karena keterbatasan tempat tidak bisa disebutin semua.

Lantas apakah kita bisa bangga dengan pencapaian kita saat ini? Dengan hanya membawa modal nama kampus, kuliah di luar Negeri, hanya untuk keren-kerenan. Dan Ilmunya NOL, Amalnya juga NOL.

Apalagi males dateng ke majlis Ulama' atau para Ustad yang mumpuni Ilmunya, bahkan hanya mengandalkan You Tube, lalu debat di media Sosial tanpa Ilmu, hanya mengutip perkataan ustad Fulan begini ustad Fulan begitu. Itu adalah fitnah yang bisa mematikan hati, merasa paling benar dari yang lain, semua orang salah kecuali saya. Allhu Musta'an.

Sungguh jauh kita dibandingkan dengan Ulama'-Ulama' dulu.

Semoga kita tetap sadar dengan keadaan kita saat ini, sehingga bisa berbenah diri untuk lebih baik, paling tidak tetap terus belajar, serta menunduk dan tidak congkak setelah mengetahui suatu ilmu.

Ilmu bukan untuk berbangga-bangga dihadapan orang, bukan untuk mendebat kawan maupun lawan, Akan tetapi Ilmu itu untuk kita amalkan sehingga kita semakin takut kepada Allah.

إنما يخشى الله من عباده العلماء


نسأل الله العافية...



26 Oktober 2016

0 komentar:

Posting Komentar