Oleh : Ustadz Anas Burhanudin, MA
(Alumnus Universitas Islam Madinah)
APA
ITU REVOLUSI ARAB?
Revolusi Arab yang juga dikenal sebagai Arab Spring[1] adalah
gerakan protes besar-besaran yang mulai terjadi di berbagai negara Arab pada
akhir tahun 2010. Pemicunya adalah maraknya KKN, kezhaliman penguasa, krisis
ekonomi, kehidupan yang susah dan pemilu yang dinilai tidak bersih. Gerakan ini
telah berhasil menggulingkan empat rezim pemerintahan; yaitu di Tunisia, Mesir,
Libya dan Yaman. Gerakan ini juga merembet ke banyak negara lain dan sebagian
masih bergejolak hingga hari ini.
Sebagian gerakan ini berubah menjadi revolusi bersenjata yang
menelan banyak korban jiwa. Di Libya saja, lebih dari 50.000 nyawa melayang.
Sampai Juni 2013, jumlah korban jiwa yang tercatat dalam konflik Suriah sudah
di atas 70.000. Korban luka, kerugian materi dan non materi juga sangat banyak
bahkan tidak bisa dihitung lagi. Saat Libya masih bergolak, kerugian material
atas rusaknya fasilitas dan infrastruktur umum diperkirakan mencapai lebih dari
240 milyar dollar. Sementara saat ini beberapa negara masih bergejolak. Suriah
masih membara dan Mesir kembali memanas.[2]
Luasnya cakupan dan dampak gerakan ini ditambah besarnya perhatian
dunia kepadanya membuat revolusi ini menjadi salah satu peristiwa terpenting
dalam sejarah modern. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik darinya,
sebagaimana kisah sejarah umat-umat terdahulu. Tentang kisah Nabi Yûsuf
Alaihissallam misalnya, Allâh Azza wa Jalla berfirman : لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ “Dalam
kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” [Yûsuf /12:111]
DI
ANTARA PELAJARAN YANG BISA DIPETIK DARI REVOLUSI ARAB ADALAH:
يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لاَ يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلا
يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ
الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ
اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ
ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ
Pertama
: Kebenaran sabda-sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits-hadits ini telah diucapkan belasan abad yang lalu dan perjalanan sejarah
hingga kini membuktikan bahwa ucapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berdasarkan wahyu ilahi. Coba simak beberapa hadits berikut:
Sungguh sepeninggalku nanti kalian akan menemui pemimpin-pemimpin
yang mementingkan diri mereka sendiri, maka sabarlah sampai kalian berjumpa
denganku di telaga. [HR. Al-Bukhâri, no. 2377dan Muslim, no. 1061]
Sepeninggalku
akan ada pemimpin-pemimpin yang tidak mengikuti petunjuk dan sunnahku. Dan akan
memerintah orang-orang yang berhati setan dan bertubuh manusia.”Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu berkata, “Saya bertanya “ Apa yang harus saya lakukan jika
saya mendapati hal itu wahai Rasûlullâh?” Beliau menjawab, “Engkau harus tetap
taat dan patuh meskipun punggungmu dipukul dan hartamu diambil. Dengar dan
taati mereka!”. [HR. Muslim no. 1847]
إِنَّكُمْ سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى
تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ
Korupsi dan kezhaliman telah menyebabkan rakyat hidup miskin dan
susah. Saat kesabaran mereka habis, terjadilah revolusi ini. Dampak buruk
kezhalimanpun menjadi senjata makan tuan. Para penguasa kehilangan jabatan dan
kemewahan mereka yang selama ini membelai mereka. Itu semua adalah akibat buruk
dosa yang Allâh Azza wa Jalla segerakan di dunia. Pertanggungjawaban di akhirat
jelas akan lebih sulit. Bayangkan jika jutaan rakyat yang dizhalimi menuntut
keadilan di pengadilan Allâh Azza wa Jalla ?
Di zaman ini, sangat mudah mendapati pemimpin yang memiliki sifat
demikian. Sebagian pemimpin Arab juga demikian. Namun untuk pemimpin berhati
setan sekalipun, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerintahkan agar
umat Islam bersabar menghadapi mereka. Itulah jalan keselamatan yang telah
beliau tunjukkan, namun diabaikan oleh banyak orang. Adakah perumpamaan yang
lebih dalam lagi dari berhati setan?
Kedua
: Dampak Buruk Korupsi dan Kezhaliman.
Ketiga
: Raja Dunia Berubah Menjadi Pesakitan.
Katakanlah, “Wahai Allâh Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan
kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari
orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki.Di tangan Engkaulah segala
kebajikan.Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” [Ali Imrân/3:26]
Revolusi Arab telah merubah kehidupan orang dengan begitu drastis.
Para tiran yang sebelumnya memiliki kekuasaan begitu absolut, tiba-tiba berubah
menjadi buron atau pesakitan. Ada yang diseret ke pengadilan dalam keadaan
sakit. Ada yang disiksa oleh rakyatnya sendiri sebelum akhirnya dibunuh.
Kawan-kawan terdekat tiba-tiba menjadi musuh yang menikam. Demikianlah Allâh
Azza wa Jalla dengan mudah membolak-balikkan keadaan hamba-Nya. Orang yang
nampak kuat di mata manusia ternyata begitu lemah di sisinya.
قُلِ اللَّهُمَّ
مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ
تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ ۖ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۖ
إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Keempat
: Kudeta Biasanya Membawa Kerusakan Lebih Besar daripada Kerusakan
Yang Ingin Dihilangkan.
Begitu juga dengan diri kita, kita juga tidak aman dari
musibah-musibah seperti ini. Juga tidak ada jaminan bahwa kita akan terus
berada di atas jalan iman dan sunnah. Alangkah butuhnya kita akan bimbingan dan
perlindungan Allâh Azza wa Jalla . Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:
اللَّهُمَّ إنِّي
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجْأَةِ
نِقْمَتِكَ وجَمِيْعِ سَخَطِكَ
Ya
Allâh, aku berlindung kepadaMu dari hilangnya nikmatMu, berubahnya keselamatan
yang Engkau berikan, hukumanMu yang tiba-tiba dan seluruh murkaMu.” [Shahih
Sunan Abi Dawud no. 1382]
Kelima
: Sistem Kerajaan Lebih Stabil Dari Sistem Presidensial. Semua
Negara yang bersistem kerajaan sejauh ini berhasil meredam gelombang revolusi,
yaitu delapan Negara dari total 22 anggota Liga Arab: Arab Saudi, Oman,
Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, Kuwait, Jordania dan Maroko. Sedangkan
pemerintahan yang berhasil digulingkan, semua bersistem presidensial.
Sebab para demonstran belum tentu satu tujuan, dan tidak memiliki
satu komando. Mereka juga tidak bisa menolak orang lain yang hendak bergabung,
dan bahkan mungkin tidak saling mengenal satu sama lain. Dalam kondisi seperti
ini, provokator sangat mudah menyusup untuk menyulut fitnah. Apalagi jika
mereka keluar dengan emosi lalu mendapat perlakuan dan sikap yang tak sesuai
keinginan, maka bukan saja kekacauan yang terjadi, namun perang saudara dan
pertumpahan darah.[4] Apa yang terjadi dalam revolusi Arab adalah bukti paling
aktual akan hal ini. Semua kekacauan dan pertumpahan darah yang terjadi berawal
dari aksi damai.
Dalam Revolusi Arab, korban yang luar biasa besar sudah jatuh.
Kerugiannya tidak bisa dihitung lagi. Keamanan berganti menjadi rasa takut dan
kekacauan. Sementara kebaikan yang diharapkan belum tentu terwujud. Korupsi
tetap jalan, yang berubah hanya pelakunya. Kezhaliman masih merajalela dan
ekonomi justru semakin terpuruk. Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“Barangkali hampir tidak diketahui ada sekelompok orang yang melakukan kudeta
terhadap pemimpin, melainkan dalam kudeta tersebut terdapat kerusakan yang
lebih besar daripada kerusakan yang ingin dihilangkan.”[3] Keberhasilan kudeta
membuat rakyat tidak lagi hormat kepada penguasa. Jika sudah demikian, tinggal
kekacauan yang ditunggu.
Keenam : Demonstrasi Damai Berubah Menjadi Kekacauan Bahkan Pertumpahan
Darah.
Mungkin al-Bou’azizi tidak pernah menyangka bahwa aksi spontannya
akan berdampak sedemikian besar. Dia dikhawatirkan akan menghadapi
pertanggungjawaban besar di hadapan Allâh Azza wa Jalla ; karena memelopori
kerusakan sedemikian luas. Demikian juga para pelopor revolusi di setiap
Negara, seperti Wa`il Ghanim di Mesir.
Syaikh al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Kamu hendaknya mengikuti
para salaf. Kalau memang demonstrasi ada di zaman salaf, berarti baik. Namun
jika tidak ada di zaman mereka, berarti jelek. Tidak diragukan sedikitpun bahwa
demonstrasi itu jelek, sebab ia menimbulkan kekacauan, baik dari pihak
demonstran maupun yang lain. Bahkan terkadang menimbulkan tindak aniaya
terhadap kehormatan, harta benda, dan jiwa. Karena mereka yang tenggelam dalam
kekacauan tadi, seperti pemabuk yang tidak sadar terhadap ucapan dan
perbuatannya. Jadi, demonstrasi itu jelek semua, baik diizinkan oleh penguasa
maupun tidak. Adanya sebagian penguasa yang mengizinkan demonstrasi sebenarnya
hanyalah basa-basi, sebab jika hati kecilnya ditanya ia pasti sangat
membencinya. Namun ia berusaha menampakkan dirinya sebagai orang yang
‘demokrat’, dan memberi kebebasan bagi rakyat… ini semuanya bukanlah sikap para
salaf”.[5] Ketujuh : Sunnah Sayyi`ah Muhammad al-Bou’azizi. Pemicu revolusi
Arab adalah tindakan bakar diri yang dilakukan oleh pemuda Tunisia bernama
Muhammad al-Bou’azizi yang tertekan oleh kehidupannya yang sulit. Saat polisi
merazia dan mengambil gerobak yang dipakainya berdagang, ia membakar diri. Aksi
ini membakar semangat warga Tunisia untuk mendukungnya dan melakukan demo
besar-besaran menuntut reformasi dan berhasil menggulingkan pemerintahan Zainal
Abidin bin Ali. Keberhasilan warga Tunis memicu revolusi di Mesir, lalu Libya,
Yaman dan Negara-negara lain. Kedelapan : Revolusi Digerakkan Oleh Anak Muda.
Al-Hasan al-Bashri berkata, “Ketahuilah –Semoga Allâh
Menyelamatkanmu- bahwa kezhaliman penguasa adalah salah satu hukuman dari
Allâh, dan hukuman Allâh tidak boleh dilawan dengan pedang, melainkan
dihindarkan dengan doa, taubat dan meninggalkan dosa. Jika hukuman Allâh
bertemu pedang, hukuman Allâh yang akan menang.”
Seperti umumnya gerakan revolusi, Revolusi Arab juga digerakkan
oleh anak-anak muda salah asuhan. Mereka dengan semangat menyala-nyala yang
tidak diimbangi dengan ilmu yang cukup. Akibatnya adalah berbagai kerusakan
yang sudah disebutkan. Karakter seperti ini mirip dengan kelompok yang
disinggung oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ، حُدَثَاءُ الأَسْنَانِ،
سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ، يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ البَرِيَّةِ، يَمْرُقُونَ
مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، لاَ يُجَاوِزُ
إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ، فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ، فَإِنَّ
قَتْلَهُمْ أَجْرٌ لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ القِيَامَةِ
Di akhir zaman akan datang suatu kaum yang masih muda, lemah akal,
dan mengucapkan perkataan yang terbaik.Mereka terlepas dari Islam seperti
terlepasnya anak panah dari binatang buruan dan iman mereka tidak melewati
tenggorokan mereka. Di manapun kalian bertemu mereka, perangilah; karena itu
berpahala bagi pelakunya pada hari kiamat. [6] Kesembilan : Pemerintah Adalah
Cermin Rakyat Rakyat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik, dan
sebaliknya, pemimpin yang buruk adalah cermin dari keburukan rakyatnya. Jika
demikian, hendaknya rakyat tidak hanya menyalahkan pemimpin, tapi juga
memperbaiki diri. Jika pemimpin yang adil tidak bisa dihasilkan jika rakyat
masih zhalim, hendaknya usaha membangun pemerintahan yang Islami dimulai dengan
mendakwahi rakyat. Kesepuluh : Jangan Hadapi Kezhaliman Penguasa Dengan Pedang
Kesebelas : Bid’ah Yang Samar Menjadi Jelas.
Dalam revolusi Arab ini terjadi pengecualian di beberapa Negara, di
antaranya Arab Saudi dan Aljazair. Saat kawasan Timur Tengah dilanda gelombang
kudeta, Arab Saudi relatif adem ayem. Hanya ada riak-riak kecil di kota-kota
Syiah yang bisa dengan mudah dikontrol. Ketika ‘ulama’ di negara-negara
tetangga ikut mengompori revolusi, para ulama dan juru dakwah di Saudi membela
dan menjelaskan hak besar Raja Abdullah atas rakyatnya. Dalam khutbah Jumat
selalu terselip doa kebaikan untuk Sang Raja yang diamini oleh jutaan rakyatnya
plus jutaan orang asing yang mengais rejeki di negeri penegak bendera tauhid
ini. Begitulah jika ilmu dan sunnah menyinari suatu negeri. Hanya orang bodoh
yang ingin mengganti kemakmuran dan keamanan negeri ini dengan prahara. Kondisi
Negara-negara yang ‘berhasil’ dalam revolusi sungguh tidak pantas untuk
dijadikan sasaran iri hati.
Ada sebagian bid’ah yang tidak nampak kecuali pada zaman fitnah.
Sebelum terjadinya Perang Teluk di tahun 1991, pemuda-pemuda pengusung
pemikiran sururi adalah para juru dakwah yang direkomendasikan oleh para ulama
senior. Bahkan kesamaran akan perkara mereka juga terjadi pada para ulama
besar. Orang yang awam tentu lebih sulit mendeteksi penyimpangan mereka. Namun
fitnah Perang Teluk menyibak tabir hakekat mereka. Demikian pula, banyak orang
yang menisbatkan diri kepada manhaj salaf dan berpenampilan sesuai sunnah.
Namun pada hakekatnya mereka menyimpan pemikiran yang menyimpang. Revolusi Arab
telah menyibak tabir hakekat mereka. Gelombang revolusi membuat mereka terseret
ikut mencaci pemerintah di atas mimbar dan berunjuk rasa di jalan dan lapangan.
Oo, anda ketahuan! Posisi mereka sungguh jauh dari manhaj ahlussunnah dalam bab
ini. Yang menggelikan, bagi sebagian orang, kesesatan Hizbullah dan al-Buthi
baru mereka sadari dengan adanya Revolusi Arab. Walhamdulillah ‘ala kulli hal.
Kedua Belas : Kontradiksi Kaum Haraki Saat sebagian Ulama memfatwakan bolehnya
mendatangkan bala bantuan dari Negara kafir dalam Perang Teluk, mereka dicela
habis oleh kaum haraki. Namun di revolusi Arab ini, giliran mereka yang jatuh
dalam perkara yang mereka caci. Revolusi di Libya –misalnya– sangat jelas
dibantu oleh NATO, Prancis dan Mahkamah Pidana Internasional. Herannya, kali
ini nyaris tidak ada yang mempermasalahkan hal itu. Apakah isti’anah bil kuffar
haram bagi Arab Saudi dan halal untuk kalian? Kudeta yang dilakukan militer
terhadap Mursi di Mesir dianggap batil, sementara kudeta yang mereka lakukan
terhadap Husni Mubarak dianggap sah. Bedanya apa? Karena Mursi adalah bagian
dari jama’ah anda. Ketiga Belas : Anomali Arab Saudi Dan Aljazair.
Naiknya seorang pemimpin dan kedaulatan yang sudah di tangan
ternyata tidak berarti apa-apa dalam upaya penegakan Islam. Apalagi jika itu
didahului dengan kudeta yang merupakan pelanggaran agama.
Revolusi juga tidak laku di Aljazair. Aljazair telah mengalami
berbagai gejolak beberapa waktu yang lalu. Pegalaman pahit mengalami gejolak
itu ditambah suburnya dakwah sunnah di negeri ini telah membuat rakyat Aljazair
lebih dewasa . Ajakan melakukan aksi protes besar-besaranpun tidak berhasil.
Keempat belas : Sejarah Terulang, Syariat Islam Tidak Bisa Dibangun Dengan
Jalan Demokrasi. Apa yang terjadi di Mesir akhir-akhir ini, di mana militer
membatalkan pemerintahan presiden Mursi sangat mirip dengan yang terjadi di
Aljazair pada tahun 1992. Partai a-Ikhwan al-Muslimin (FJP) unggul dalam pemilu
Mesir dengan 48 % suara. Selanjutnya Muhammad Mursi terpilih menjadi presiden.
Setelah setahun memerintah, banyak pihak yang menuntutnya mundur, dan kemudian
militer mengumumkan peralihan kekuasaan dari tangan Mursi. Pada tahun
1991,bahkan Partai FIS (Front Islamique du Salut/Front Penyelamatan Islam)
memenangkan pemilu Aljazair dengan 82 % suara. Namun sebulan berselang, Majlis
Tertinggi Negara yang dikuasai oleh militer mengumumkan pembatalan hasil pemilu
yang diikuti pemberlakuan keadaan darurat dan pembubaran FIS. Dalihnya sama,
yaitu penyelamatan demokrasi dari upaya islamisasi. Perlawanan terhadap
keputusan militer Aljazair menyeret rakyat ke dalam fitnah berkepanjangan yang
menelan korban jiwa lebih dari 200.000 orang. Demikian juga kemenangan Partai
Refah di Turki dalam pemilu 1995 tidak lantas membuat Islam tegak di sana.
Dalam sejarah modern, hanya Arab Saudi yang berhasil mendirikan Negara dan
pemerintahan Islam. Usaha tak kenal lelah oleh para juru dakwah yang dipelopori
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab akhirnya mendapat dukungan dari Raja Muhammad
bin Saud. Dengan taufik dari Allâh, sinergi ulama dan umara ini berhasil
mendirikan negara yang konsisten menjadikan Islam sebagai dasar Negara hingga
saat ini. Berkompromi dengan demokrasi semestinya dilakukan untuk mengecilkan
kerusakan saja. Membentuk partai dan masuk dalam pemilu semestinya tidak
dijadikan sarana utama. Sarana penegakan Islam adalah dakwah dengan tauhid
sebagai prioritasnya. Sayangnya mereka yang memilih jalur politik sebagai medan
juang justru lebih asyik dengan dunia politik dan sedikit banyak mengabaikan
dakwah. Bahkan mereka yang ingin memperbaiki keadaan justru sebagian ikut
terseret dalam arus kerusakan. Bahkan sebagian mengorbankan akidahnya demi memperoleh
suara dukungan. Padahal, rakyat yang buruk tidak akan menghasilkan pemimpin
yang baik. Kemenangan dan kekuasaan tanpa perbaikan agama rakyat hanyalah
fatamorgana. PENUTUP Itulah beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari Revolusi
Arab. Peristiwa yang dialami negara-negara Arab ini adalah cermin bagi umat
Islam yang lain. Hendaknya kita menjadikannya sebagai pelajaran agar kita
selamat di dunia dan akhirat. Orang bijak mengatakan,
السَّعِيدُ مَنْ وُعِظَ بِغَيْرِهِ
“Orang
berbahagia adalah yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain.”[7]
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XIX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan
Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo
Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792,
08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Media barat menggambarkan revolusi ini sebagai musim semi yang indah, padahal isinya adalah kekacauan dan pertumpahan darah. Barangkali penamaan itu memang mencerminkan perasaan mereka. Mereka bertepuk tangan menyemangati umat Islam untuk saling tikam, sementara mereka hidup dengan tenang di negeri mereka. Adapun bagi umat Islam, revolusi ini bukanlah musim semi. Tidak pula memberi harapan datangnya musim semi; karena dalam sejarahnya kudeta hanya mendatangkan kerusakan yang lebih besar.
Footnote
[1] Media barat menggambarkan revolusi ini sebagai musim semi yang indah, padahal isinya adalah kekacauan dan pertumpahan darah. Barangkali penamaan itu memang mencerminkan perasaan mereka. Mereka bertepuk tangan menyemangati umat Islam untuk saling tikam, sementara mereka hidup dengan tenang di negeri mereka. Adapun bagi umat Islam, revolusi ini bukanlah musim semi. Tidak pula memberi harapan datangnya musim semi; karena dalam sejarahnya kudeta hanya mendatangkan kerusakan yang lebih besar.
0 komentar:
Posting Komentar