HOME

Kamis, 26 November 2015

Keadaan Mahasiswa Indonesia di Mesir




Oleh : Abu Yusuf Akhmad Ja’far
(Mahasiswa Universitas Al-Azhar , Kairo)


Keadaan mahasiswa Indonesia di Mesir berbeda-beda antara satu dengan yang lain,  karena latar belakang mereka berbeda-beda, ada yang dari pondok ataupun dari sekolah umum.
Menurut pandangan sebagian orang bahwa anak pondok (yang belajar ilmu agama) itu mempunyai kelebihan secara intelekual daripada anak umum ( yang sedikit belajar agama), apakah benar demikian? 
Menurut saya itu semua tidak benar secara mutlak, yakni masih ada kemungkinan untuk salah. Sebagaimana yang kami amati selama beberapa bulan ini bahwa intelektual masisir sudah di ambang pintu.[1]
Karena tidak semua orang yang belajar agama itu sholeh-sholeh, karena memang untuk menjadi orang yang sholeh (yang mengamalkan ilmunya) itu berat dan membutuhkan mujahadah yang tinggi.
Di dalam hal apa penurunan intelektual masisir yang paling nampak oleh mata kita ? kami berusaha menyebutkan sesuai yang kami ketahui saja. Di antaranya :

a.       Menganggap remeh sholat berjama’ah di masjid (Bagi Laki-laki).



 Di sini kita tidak membahas masalah wajib atau tidaknya, karena di sana ada perselisihan di antara para ulama. Akan tetapi yang harus kita tanamkan kepada diri kita bahwa sholat berjamaah di masjid adalah syi’ar islam yang sangat besar. Bukan hanya itu, fadhilahnya pun sangat agung. Sebagaimana hadist Nabi salallahu ‘alaihissalam :
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما : أن الرسول الله صلى الله عليه و سلم قال : (( صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسع و عشرين درجة )) متفق عليه
Artinya : Dari ‘Abdullah bin Umar Radiyallahu ‘anhuma : Bahwasannya Rasulullah salallahu ‘alahissalam bersabda : “ Sholat berjama’ah itu lebih utama daripada sholat sendirian dengan 27 derajat ” Muttafaqun ‘alaihi
            Sebagaimana penjelasan Syaikh ‘Abdullh bin ‘Abdurrahman Al-Bassam : di dalam hadist ini menjelaskan bahwa keutamaan shalat berjama’ah dan shalat sendirian mempunyai perbedaan yang sangat besar, baik itu dari segi pahala ataupun kesehatan jasmani.[2]
            Dari sini kita bisa berfikir lebih dalam lagi , bahwa tidak selayaknya mahasiswa  yang kesehariannya menuntut ilmu agama dan bahasa arab, meremehkan dan meninggalkan amalan yang sangat besar ini.
Bukankah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,  “ ...berlomba-lomba kamu dalam kebaikan...” (Al-Baqarah : 148)
Betapa banyak keutamaannya yang tentu tidak bisa di sebutkan di sini, untuk itu penulis mengajak semua Masisir untuk back to Masjid, meramaikannya dengan sholat barjama’ah.

b.      Sepinya Halaqoh Ilmu

Niat awal bagi mahasiswa yang melanjutkan studi di Mesir, tentunya untuk mendalami ilmu agama yang mulia ini. Akan tetapi dengan berjalannya waktu niat itu mulai pudar ataupun terlupakan.  
Suatu hal yang membuat hati ini sedih, sepinya halaqoh ilmu yang ada di ruwa’-ruwa’ ataupun madhiafah-madhiafah[3]. Kami tidak pungkiri bahwa kegiatan di kalangan Masisir itu sangat padat, apalagi di dalam lingkup kekeluargaan ataupun almamater dll. Kami di sini tidak mencela ataupun memojokkan organisasi, akan tetapi kami hanya ingin kita menjaga keseimbangan dari semua itu.
Dan ada suatu hal yang sangat menyakitkan hati ini, tatkala melihat sepinya majelis-majelis ilmu. Dan  di satu sisi acara-acara konser ataupun hura-hura di hadiri banyak orang. Inilah hal yang menonjol, menunjukan bahwa masisir kritis.
Apa bedanya masisir dengan orang yang tidak menuntut ilmu agama di luar sana, kalau dalam hal ini masih  saja di sukai. Apakah pantas seseorang yang kesehariannya mempelajari ilmu agama ikut berjoget ria di depan panggung ? Na’udzubilla min dzalika.
Pantas saja kiprah masisir di Indonesia tidak terlalu menonjol dalam menyebarkan dakwah Islam belakangan ini, karena  keseharian masisir banyak di isi dengan hal yang tidak ada manfaatnya, baik untuk agama maupun unuk masyarakat. Tentunya hal-hal yang seperti ini mengurangi keberkahan ilmu. 
Oleh sebab itulah tulisan ini kami tulis, karena betapa cintanya kami dengan Masisir sehingga kami tidak mau kita semua menyia-nyiakan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.
            Semoga yang sedikit ini bisa mengetuk hati kita semua, untuk kembali mengintropeksi diri kita masing-masing. Dan kembali menjadi masisir yang berintelektual.

Di sudut malam yang dingin, dengan pena seadanya... tidak lain hanya untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.



Kairo, 12 November 2015



[1] Bukan berarti penulis intelekualnya tinggi. Akan tetapi tulisan ini, untuk memperingatkan diri penulis pribadi dan Masisir pada umumnya. Kami disini tidak menafikan kebaikan (kelebihan) yang sangat banyak dari kalangan Masisir apalagi mereka-mereka yang teguh untuk mengisi waktunya dengan ketaatan dan muthola'ah ilmu..
[2]  Abdullh bin ‘Abdurrahman Al-Bassam, Taisirul Kalam Syarh ‘Umdatul Ahkaam, Lebanon : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 2012,  hlm. 88 (dengan terjemah bebas)
[3] Tempat-tempat Pengajian.

0 komentar:

Posting Komentar